SOLOPOS.COM - Ilustrasi aneka bahan pangan. (Deptan.go.id)

 

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

 

Solopos.com, KLATEN — Sepanjang tiga tahun terakhir (2021-2023), Klaten menjadi kabupaten dengan prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan atau Prevalence of Undernourishment (PoU) tertinggi di Soloraya.

Klaten menyalip Wonogiri yang sejak 2017-2020 lalu prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangannya selalu tertinggi di antara tujuh kabupaten/kota lainnya se-Soloraya.

Data tersebut didapatkan berdasarkan bps.go.id yang kemudian dianalisis Solopos.com.

Dilansir dari bps.go.id, Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan merupakan estimasi proporsi dari suatu populasi tertentu.

Yakni ketika konsumsi energi sehari-hari dari makanan (pangan) tidak cukup untuk memenuhi tingkat energi yang dibutuhkan untuk hidup normal.

Dalam rilisan tersebut BPS juga menyebut undernourishment berbeda dengan malnutrition dan undernutrition. Malnutrition dan undernutrition adalah outcome terkait status gizi.

Walaupun undernourishment adalah kondisi individu, namun karena pertimbangan konsep dan data yang tersedia, indikator ini hanya dapat diaplikasikan untuk mengestimasi pada level suatu populasi atau kelompok individu, bukan pada level individu.

Sehingga indikator ini tidak tepat digunakan untuk mengidentifikasi individu mana dari populasi tersebut yang mengalami undernourished.

Prevalensi tersebut dinyatakan dalam persentase yang kemudian menggambarkan banyaknya masyarakat suatu wilayah dengan  konsumsi pangannya tidak cukup untuk memenuhi energi yang dibutuhkan.

Berdasarkan data BPS yang dilansir dari situs bps.go.id pada 2021, prevalensi kekurangan konsumsi pangan di Klaten sebanyak 14,72 persen dengan total populasi sebanyak 1.267.272 jiwa.

Hal itu berarti sekitar 186.542 warga Klaten masih mengonsumi pangan yang belum bisa memenuhi energi hidup normal.

Kondisi itu berlanjut pada 2022, yakni masih ada 197.118 warga Klaten atau 15,45 persen warga dan pada 2023 masih ada 185.722 warga Klaten yang konsumsi pangannya belum bisa memenuhi energi hidup normal.

Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan di Soloraya menunjukkan koefisien korelasi 0,514 (cukup kuat) terhadap persentase penduduk miskin Soloraya.

Hal itu berarti, semakin banyak persentase masyarakat miskin di kabupaten/kota tersebut, maka kemungkinan besar prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangannya juga tinggi.

Sementara itu, prevalensi kekurangan konsumsi pangan di Jawa Tengah pada 2017 sebanyak 13,82%, kemudian pada 2018 sebanyak 11,22%, pada 2019 sebanyak 11,61%, pada 2020 sebanyak 11,8%, pada 2021 12,34%, pada 2022 sebanyak 12,34%, dan pada 2023 sebanyak 10,44%.

Berdasarkan data pada 2023, berikut ini data total populasi penduduk, prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan atau PoU, dan total penduduk miskin di kabupaten/kota Soloraya:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya