Soloraya
Rabu, 11 September 2019 - 17:35 WIB

Cekcok Berujung Meninggalnya PKL di Manahan Solo, Ini Penjelasan Satpol PP

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Solo membantah ada percekcokan dengan pedagang kaki lima (PKL) di Jl. Depok, Manahan, Solo, Hariyono, yang berujung meninggalnya Sumardi, rekan Hariyono, Rabu (11/9/2019).

Kepala Bidang (Kabid) Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat (Tibumtranmas) Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Solo, Agus Siswo Riyanto, menjelaskan yang terjadi saat itu tim datang untuk memberikan surat undangan.

Advertisement

Hariyono diundang ke Kantor Satpol PP Solo terkait aktivitasnya berjualan batu akik di Jl. Depok. Tapi saat itu, menurut Agus, justru Hariyono yang langsung marah-marah kepada tim. Bahkan Hariyono menyebut punya saudara di DPRD Kota Solo.

“Kami datang baik-baik untuk memberikan surat undangan. Tapi tiba-tiba dia marah-marah terus. Bilang ‘sedulurku enek sik DPRD Solo’. Kami tidak tanggapi. SOP kami memberikan undangan tak boleh banyak bicara,” ujar dia kepada Solopos.com, Rabu.

Terkait Sumardi yang terjatuh dan pingsan, menurut Agus, timnya yang mengantar ke RS Brayat Minulya agar mendapat pertolongan medis. Sesampai di RS, Sumardi sempat diberi bantuan pernapasan buatan. Tapi upaya itu sudah terlambat.

Advertisement

Sumardi sudah meninggal dunia. Berdasarkan visum dokter Sumardi meninggal dunia karena serangan jantung.

Diberitakan sebelumnya, seorang PKL batu akik di Jl. Depok, Manahan, Solo, Sumardi, meninggal saat rekannya, Hariyono, terlibat cekcok dengan petugas Satpol PP. Sumardi dan Hariyono sudah sekitar lima tahun terakhir bekerja sama berjualan batu akik di kawasan itu.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif