Soloraya
Senin, 9 Januari 2023 - 17:02 WIB

Cerita Anak-Anak di Boyolali Tinggalkan Game Online, Ganti Main Lato-Lato

Nimatul Faizah  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang peserta lomba unjuk kebolehan memainkan lato-lato pada lomba di Solo Grand Mall (SGM), Solo, Minggu (8/1/2023). (Solopos/Putut Hartanto)

Solopos.com, BOYOLALI – Demam permainan tempo dulu, lato-lato, ternyata berpengaruh kepada makin sedikitnya anak-anak yang bermain gim daring atau game online di Boyolali

Salah satu warga Kembangkuning, Cepogo, Boyolali, Wartono, 38, mengungkapkan sejak tiga bulan lalu ia memasang jaringan internet Wifi di rumah, belasan anak bergantian nongkrong di area rumahnya.

Advertisement

“Ya nongkrongnya itu bermain games. Jadi istilahnya mabar [main bareng] begitu. Biasanya sepulang sekolah itu enam orang anak, terus sebelum ngaji sore begitu, ya sudah ganti orang,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Senin (9/1/2023).

Wartono mengungkapkan dalam satu RT di wilayahnya ada dua orang yang memasang Wifi, kemudian banyakanak yang memilih nongkrong dan mabar di tempatnya.

Ia pun memilih menggratiskan akses internet bagi belasan anak yang ikut menumpang Wifi.

Advertisement

Akan tetapi, sudah sekitar 10-an hari ini rumahnya menjadi sepi karena anak-anak tak nongkrong di area rumahnya untuk mabar game online, akan tetapi memilih bermain lato-lato.

Wartono juga mengaku sering kali mendengar suara anak-anak bermain lato-lato karena alat permainan tradisional ini mengeluarkan bunyi yang khas.

“Jadi sering di rumah kedengaran bunyi tek tek tek, begitu. Dan saya sih senang, karena permainan yang sempat booming tahun 70-an dan 80-an balik lagi,” kata dia.

Sementara itu, salah satu ibu asal Sruni, Musuk, Boyolali, Rahayu, 43, mengabarkan sang anak, Revan Muria, baru saja pada Minggu (8/1/2023) memenangkan juara I lato-lato kategori anak di desanya.

Advertisement

Ia menjelaskan sang anak mendapatkan trofi juara I sekaligus uang tunai Rp50 ribu. Beberapa yang menjadikan Revan juara, jelas Rahayu, yaitu bisa melakukan atraksi naik turun tangga sambil bermain lato-lato dan mengalahkan lebih dari 20-an lawannya.

Kurangi Bermain Handphone

Lebih lanjut, Rahayu mengungkapkan sang anak baru gandrung dengan lato-lato kurang lebih selama sepekan ini. Akan tetapi, Revan telah berulang kali membeli lato-lato karena terkadang tali lato-latonya putus.

“Mungkin sudah enam kali beli, soalnya kadang talinya putus, atau lato-latonya pecah. Sekali beli harganya Rp10.000,” jelas dia.

Advertisement

Ia mengungkapkan sejak senang dengan lato-lato, dirinya tetap berusaha membatasi anak bermain karena takut jika sang tangan Revan terluka.

Di lain sisi, dia bersyukur dengan bermain lato-lato, Revan menjadi jarang bermain handphone.

“Harapan saya sih enggak hanya lato-lato yang kembali muncul, mungkin lebih banyak permainan zaman dulu muncul lagi, biar mengurangi aktivitas bermain handphone,” kata dia.

Sebelumnya, Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Boyolali, Nuri Rinawati, menjelaskan permainan lato-lato bisa membuat anak belajar melatih kemampuan motorik, kontrol, visual, dan fokusnya.

Advertisement

“Membenturkan dua bandul secara bersamaan membutuhkan konsentrasi, bagaimana anak bisa mengontrol dan mengendalikan dua bandul itu bersentuhan, makin kuat sentuhannya makin nyaring bunyinya itu semakin asik,” terangnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis (5/1/2023).

Permainan lawas itu diklaim sangat cocok untuk anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Meski demikian, lato-lato juga menarik perhatian para remaja hingga orang-orang dewasa.

“Sebenarnya ada batasan usia idealnya, kalau tidak salah, sekitar tujuh tahun lebih, karena secara motorik sudah bisa mengontrol,” jelasnya.

Lato-lato yang dimainkan anak-anak dengan usia terlalu dini berisiko mengenai anggota tubuh pada anak dan  menimbulkan rasa sakit. Anak yang masih terlalu dini dan belum punya kemampuan mengontrol cukup baik tidak disarankan bermain lato-lato.

Menurut Nuri, lato-lato akan lebih seru bila dimainkan bersama-sama dengan teman. Karena ada nilai kompetitif dalam permainannya. Nuri mengatakan lato-lato yang dimainkan bersama-sama teman bisa melatih anak-anak hidup bersosial.

“Secara individu melatih itu [perkembangan diri], tetapi secara bersamaan melatih interaksi sosial juga,” kata dia.

Advertisement

Selain menumbuhkan jiwa sosial, kata Nuri, lato-lato bisa menjadi sarana pengalihan fokus anak-anak dari penggunaan gadget. Anak-anak yang bermain gadget cenderung individual, sementara lato-lato membawa anak-anak bisa berinteraksi dengan lingkungannya.

Secukupnya

Namun demikian, lato-lato yang dimainkan dengan durasi waktu terlalu lama bisa dinilai kurang bermanfaat bagi anak. Nuri menyarankan agar anak-anak bermain lato-lato secukupnya.

“Semua tidak baik bila berlebihan, negatifnya itu, kalau terlalu lama, terlalu asik jadi lupa waktu,” kata dia.

Nuri khawatir bila lato-lato dimainkan tanpa manajemen waktu yang baik bisa membuat anak menjadi kompulsif. Anak-anak punya kebiasaan memainkan lato-lato secara terus-menurus.

“Terkadang bila sampai parah, secara tidak sadar,  tidur pun sampai terbawa mimpi, tangannya tidak pegang lato-lato tapi ada kecenderungan mengayunkan tangan,” terangnya.

Lato-lato juga sempat disebut bisa menimbulkan polusi udara yang mengganggu orang lain karena suaranya yang berisik. Apalagi saat ini sedang viral dan ramai, hampir semua orang memainkan lato-lato.

“Untuk orang-orang tidak memainkan itu, kemana-mana dengan suara itu, sampai jenuh, sampai terbawa-bawa juga bisa jengkel,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif