Soloraya
Minggu, 27 Juni 2021 - 11:58 WIB

Cerita Anggota Tim Kubur Cepat Kamboja Klaten: Pemakaman Siang Hari Lebih Berat

Ponco Suseno  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemakaman pasien meningggal dunia karena Covid-19 (Istimewa)

Solopos.com, KLATEN-- Di tengah pandemi Covid-19 di negeri ini, para sukarelawan Tim Kubur Cepat Kamboja Klaten terus bekerja tak kenal takut.

Salah satu sukarelawan Tim Kubur Cepat Kamboja Klaten, Yuli Pratama Adi mengatakan tugas seorang sukarelawan saat memakamkan jenazah berdasarkan protokol Covid-19 lebih berat saat siang hari dibandingkan malam hari.

Advertisement

Di tengah menahan pengapnya suhu udara saat memakai APD, Adi terkadang harus menandu peti jenazah. Dalam kondisi tersebut, Adi juga harus mendengarkan isak tangis dari keluarga yang baru saja kehilangan orang-orang terkasih.

"Seperti di Bayat itu, pernah harus ke perbukitan dengan menandu peti jenazah. Lalu di Juwiring atau di perbatasan dengan Sukoharjo, saya harus ber-APD hingga tiga jam. Saya sering terharu juga saat melihat anggota keluarga yang tak bisa mendekat ke jenazah atau bahkan tak pernah melihat orang-orang terdekatnya di hari-hari terakhir [menjelang meninggal dunia]. Saya ikut merasakan itu [kesedihan yang dialami keluarga dari orang yang telah meninggal dunia]," katanya kepada Solopos.com, Sabtu (26/6/2021).

Advertisement

"Seperti di Bayat itu, pernah harus ke perbukitan dengan menandu peti jenazah. Lalu di Juwiring atau di perbatasan dengan Sukoharjo, saya harus ber-APD hingga tiga jam. Saya sering terharu juga saat melihat anggota keluarga yang tak bisa mendekat ke jenazah atau bahkan tak pernah melihat orang-orang terdekatnya di hari-hari terakhir [menjelang meninggal dunia]. Saya ikut merasakan itu [kesedihan yang dialami keluarga dari orang yang telah meninggal dunia]," katanya kepada Solopos.com, Sabtu (26/6/2021).

Baca Juga: Kali Pertama Terjadi, Pemakaman Jenazah dengan Prokes di Klaten 39 Orang dalam Sehari

Disinggung tentang ledakan kasus Covid-19 di Klaten dalam beberapa hari terakhir, Adi mengatakan anggota keluarganya sempat waswas dengan keselamatannya.

Advertisement

"Di tengah melonjaknya kasus Covid-19, keluarga saya juga khawatir. Itu manusiawi. Mereka pun kadang tak habis pikir dengan orang-orang yang tak percaya dengan Covid-19. Padahal, Covid-19 ini benar-benar nyata," katanya.

Baca Juga: Kisah Anggota Tim Kubur Cepat Kamboja Klaten: Dijauhi Teman hingga Dinyinyiri Demi Bayaran

Ledakan Kasus

Di kesempatan yang sama, Koordinator Tim Kubur Cepat Kamboja Klaten sekaligus Wakil Komandan Bidang Organisasi Search and Rescue (SAR) Klaten, Sasongko Agung Wibowo, mengatakan jumlah sukarelawan yang tergabung ke dalam timnya sudah mencapai 300 orang-400 orang. Jumlah tersebut tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten Bersinar.

Advertisement

"Latar belakang yang masuk tim di sini bermacam-macam. Ada yang dari tukang becak, pedagang di angkringan, buruh bangunan, buruh pabrik, aparatur sipil negara (ASN), anggota TNI/Polri. Semua semangat teman-teman masih terjaga [untuk terlibat dalam memakamkan jenazah secara protokol Covid-19]. Saya sering bilang ke teman-teman, jangan dijadikan beban dalam menjalankan tugas ini. Ini sangune awake dewe [di akhirat kelak]," katanya.

Baca Juga: 27 Juta Lebih Orang RI Telah Divaksin, Pemerintah Targetkan 1 Juta Orang Per Hari pada Juli

Sebagaimana diketahui, pemakaman jenazah dengan protokol Covid-19 di Klaten meledak hingga 39 orang dalam sehari, Sabtu (26/6/2021). Tingginya kasus kematian yang berbanding lurus dengan ledakan penambahan kasus Covid-19 tersebut tak pernah terjadi di Kabupaten Bersinar di waktu sebelumnya.

Advertisement

Di sisi lain, Koordinator Penanganan Kesehatan Satgas PP Covid-19 Klaten, Cahyono Widodo, mengatakan ledakan kasus Covid-19 masih terjadi di Klaten, Sabtu (26/6/2021). Dalam sehari, kasus Covid-19 bertambah 510 orang. Di samping itu terdapat penambahan 19 kasus kematian karena virus corona dan 132 pasien Covid-19 dinyatakan sembuh.

"Jumlah kumulatif Covid-19 di Klaten hingga, Sabtu (26/6/2021) mencapai 12.725 kasus. Sebanyak 2.539 orang menjalani perawatan/isolasi mandiri. Sebanyak 9.447 orang dinyatakan telah sembuh. Sebanyak 739 orang telah meninggal dunia," kata Cahyono Widodo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif