SOLOPOS.COM - Pengunjung menikmati jip tour di Desa Wisata Banyuanyar, Ampel, Boyolali, beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Solopos.com Stories

Solopos.com, BOYOLALIDesa wisata berkembang cukup pesat di Boyolali. Jumlahnya terus bertambah hingga kini, pada 2023, sudah mencapai 47 desa dari total 261 desa di kabupaten tersebut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah satu desa itu bahkan baru saja meraih Juara III ajang Gelar Desa Wisata Provinsi Jawa Tengah 2023. Desa itu yakni Banyuanyar di Kecamatan Ampel. Desa wisata yang berlokasi tak jauh dari jalan nasional Solo-Semarang ini terbilang unik.

Jika kebanyakan desa wisata tumbuh dengan modal pesona alamnya yang luar biasa indah, Banyuanyar justru berkembang menjadi desa wisata berawal dari kampung usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Akses menuju Desa Wisata Banyuanyar tidak sulit jika memakai transportasi pribadi. Dari jalan Solo-Semarang di wilayah Kecamatan Ampel, akan ada papan nama besar bertuliskan Kampus Kopi Banyuanyar. Dari sana tinggal masuk lurus dan sampai ke Desa Banyuanyar.

Di sana, tidak ada pemandangan berupa perbukitan, sungai, waduk, air terjun, pegunungan, dan pemandangan alam lain yang ditawarkan. Yang ada yaitu perkebunan kopi peninggalan Belanda bernama Barenda, produsen madu klanceng, masyarakat petani sapi, dan lain sebagainya.

Bermodalkan itu, Banyuanyar tumbuh menjadi desa wisata edukasi berbasis UMKM. Keunikan itu lah mengantarkan Banyuanyar sebagai juara II Desa Wisata Boyolali pada 2022, dan pada 2023 ini berhasil menyandang juara III Gelar Desa Wisata Jawa Tengah.

Kepala Desa (Kades) Banyuanyar, Komarudin, mengungkapkan perjalanan Banyuanyar menjadi desa wisata edukasi berbasis UMKM tidak gampang. Pencarian ide untuk membangun desa wisata telah dimulai sejak 2018 hingga akhirnya disepakati membangun desa wisata edukasi berbasis UMKM.

Sebelum membangun desa wisata, UMKM di sekitar Banyuanyar terlebih dahulu dikuatkan. Tak hanya itu, budaya seperti tari dan kenduri juga diperkuat.

Suntikan Dana Pemerintah Desa

“Waktu itu ruhnya kami membangun kampung-kampung UMKM, baru wisata itu muncul. UMKM dibangun agar masyarakat mempunyai nilai tambah dari sektor UMKM. Kampung UMKM ini terintegrasi, hulu ke hilir. Jadi mulai dari bahan baku sampai siap dikonsumsi,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya, Senin (18/9/2023).

desa wisata boyolali
Papan petunjuk dan ucapan selamat datang di Desa Wisata Banyuanyar, Ampel, Boyolali. Foto diambil belum lama ini. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Para pengunjung juga tidak hanya disuguhkan produk UMKM, tapi dijelaskan mulai dari bahan, proses, hingga hasil pembuatannya. Contohnya pengunjung diajak mencari kopi di kebun dan memprosesnya hingga menjadi minuman.

Komarudin menjelaskan Pemerintah Desa Banyuanyar berusaha memberikan suntikan dana bagi UMKM lewat Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Dari 2016-2022, Pemdes Banyuanyar total telah menyuntikkan dana Rp260 juta. Peruntukannya terbagi ke UMKM, wisata, dan simpan-pinjam.

Pendanaan UMKM dan fasilitasnya juga didapat dari corporate social responsibility (CSR) perusahaan dan bantuan gubernur. Setelah UMKM dan budaya berjalan, Komarudin mengatakan desa wisata Banyuanyar mulai berjalan pada 2020 dan ditetapkan menjadi desa wisata edukasi melalui SK Bupati Boyolali pada Oktober 2022.

“Dengan menguatkan sarana UMKM, misal peralatan, pengolahan, pembibitan, dan lain-lain akan menguatkan atraksi wisata. Dengan menguatkan atraksi wisata, kami juga menguatkan UMKM. Kalau UMKM mati, wisatanya mati. Fondasinya di UMKM,” kata dia.

Komarudin mengatakan desa wisata Banyuanyar beruntung karena semua dukuh gayung bersambut ambil bagian dalam program itu. Semua UMKM di sembilan dukuh terintegrasi satu sama lain menjadi satu dukuh satu produk.

Komarudin mencontohkan Dukuh Ngemplak sebagai kampung kopi dan barista, Dukuh Geneng kampung ekonomi kreatif, Dukuh Banyuanyar sebagai kampung biofarmaka dengan merintis jamur tiram.

Kendala Sumber Daya Manusia

Dukuh Grenjeng kampung madu klanceng dan susu rempah, Dukuh Wangan kampung susu, Dukuh Jumbleng kampung jahe, Dukuh Dukuh kampung budaya, Dukuh Bunder dan Rekuning sebagai kampung homestay.

“Klasterisasi yang terintegrasi ini untuk memperkuat UMKM satu sama yang lainnya,” kata dia. Komarudin tak menampik kualitas sumber daya manusia (SDM) masih menjadi salah satu tantangan.

desa wisata boyolali
Pengelola Omah Madu Klanceng memberikan penjelasan kepada wisatawan soal budi daya lebah madu tersebut di Desa Wisata Banyuanyar, Ampel, Boyolali, beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Misalnya soal bahasa asing. Ia menjelaskan Kampus Kopi Banyuanyar pernah kedatangan wisatawan dari luar negeri dan komunikasi harus dibantu oleh teman bule tersebut. Masyarakat lokal kemudian diajari menjadi local guide yang mumpuni.

“Ada usulan misal dibuat kampung Inggris di sana, kampung fashion, kampung digital, itu usulan yang bagus. Kami terima dan bisa jadi suatu saat terwujud,” kata dia.

Komarudin mengatakan ada beberapa paket wisata yang ditawarkan Desa Wisata Banyuanyar, Boyolali, seperti field trip, jip tour, studi banding atau gathering, dan homestay.

Sementara itu, salah satu pelaku UMKM pembudi daya madu klanceng di Banyuanyar, Waluyo, mengaku merasakan manfaat yang besar ketika Banyuanyar menjadi desa wisata. Ia menjelaskan permintaan masyarakat untuk membeli madu di tempatnya meningkat.

Hal tersebut seiring semakin banyaknya orang mengunjungi Banyuanyar dan juga upaya desa wisata Kampus Kopi yang turut mengajak masyarakat datang ke tempat budi dayanya.

Kepada pengunjung, selain proses budi daya madu klanceng, Waluyo juga menjelaskan manfaat mengonsumsi madu sehingga banyak orang tertarik. “Bahkan saya menggandeng kemitraan dengan pembudidaya madu lainnya untuk memenuhi permintaan,” kata dia.

Peran Pemkab Boyolali

Ia menjelaskan sebelum Banyuanyar menjadi desa wisata, permintaan madu di tempatnya hanya 10 botol ukuran 140 mililiter per bulan. Saat ini, permintaan madu per bulan rata-rata 25 botol ukuran 140 mililiter.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali, Budi Prasetyaningsih, menjelaskan desa wisata di Boyolali terus berkembang sejak 2020. Pada 2020, baru ada 11 desa wisata.

Kemudian bertambah jadi 33 desa wisata pada 2021, menjadi 45 desa wisat pada 2022, dan pada 2023 bertambah lagi jadi 47 desa wisata.

Potensi desa wisata itu beragam mulai dari wisata alam, religi, buatan, dan edukasi. Ia menjelaskan Pemkab Boyolali terus melakukan pembinaan desa wisata bahkan memfasilitasi akses bantuan keuangan (bankeu).

desa wisata boyolali
Wisatawan mengunjungi Sendang Mande Rejo di Desa Wisara Banyuanyar, Ampel, Boyolali, beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Ning, sapaan akrabnya, mengatakan dari 47 desa wisata di Boyolali, ada empat desa yang berkembang pesat yaitu Samiran di Kecamatan Selo, Kemasan di Kecamatan Sawit, Banyuanyar di Kecamatan Ampel, dan Kebonan di Kecamatan Karanggede.

“Parameter desa wisata berkembang pesat yakni jumlah pengunjungnya banyak,” jelasnya kepada Solopos.com, Selasa (19/9/2023).

Empat desa yang berkembang pesat itu masing-masing memiliki pesona dan daya tarik yang berbeda. Desa Samiran misalnya, memiliki pesona pasar tiban, atraksi seni, dan petik sayur.

Kemudian, desa wisata Kemasan dengan tempat outbound, kolam renang, dan UMKM-nya. Lalu desa wisata Banyuanyar juga memiliki daya tarik sebagai wisata edukasi dan UMKM. Sedangkan Kebonan memiliki daya tarik wisata alas watu dan panggung seni.

Pengamat desa wisata Boyolali, Kusworo Rahadyan, mengungkapkan beberapa desa wisata di Boyolali sudah memiliki keunggulan seperti Samiran yang masuk kriteria mandiri.



Segitiga Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

Lalu, ia juga menyebut desa wisata Kampus Kopi Banyuanyar juga baru saja menyabet juara III Gelar Desa Wisata Jawa Tengah 2023. Kusworo menyebut desa wisata di Boyolali memiliki peluang bagus untuk berkembang.

Boyolali berada pada segitiga kawasan strategis pariwisata nasional dan provinsi yang meliputi Prambanan, Borobudur, Merapi, Merbabu, Solo, Sangiran dan sekitarnya.

“Posisi Boyolali sangat strategis dalam memegang peran konektivitas, apalagi bandaranya ada di Boyolali. Adanya desa wisata yang bagus akan berdampak mendongkrak kunjungan wisata,” kata dia.

Ia menyebut beberapa contoh desa wisata yang menonjol ada kawasan Selo seperti Samiran dan Lencoh. Lalu Banyuanyar, Ampel, desa wisata Cepogo dengan kerajinan tembaga Tumang yang terkenal hingga mancanegara.

Ada juga desa wisata Cabean Kunti yang berbasis budaya dan telah memiliki desa connection dengan beberapa desa wisata di Bali, Flores, bahkan Jepang.

Namun demikian, Kusworo sepakat pengembangan desa wisata di Boyolali masih terkendala SDM pengelola desa wisata. Menurutnya, perlu adanya komitmen yang kuat dari kepala desa dan pamong desa untuk mengembangkan desa wisata.

Lebih lanjut, ia menyarankan untuk pengembangan desa wisata yang berkelanjutan, masyarakat harus menjadi pelaku utama dan peran Bumdes sebagai unit usaha desa harus mendorong terciptanya ekosistem bisnis desa wisata.

“Tambahan masukan untuk Pemkab Boyolali, tolong jadikan Boyolali menuju pariwisata berkelanjutan dengan pemanfaatan dan optimalisasi potensi desa berbasis alam, budaya, dan manusia. Caranya dengan pola sinergitas elaborasi pentahelix dalam koridor konektivitas kawasan destinasi pariwisata Jawa Tengah dan kawasan strategis pariwisata nasional seperti Borobudur,” saran dia.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya