Soloraya
Senin, 31 Desember 2018 - 13:40 WIB

Cerita Buah Naga Asal Beji Wonogiri Sampai Diekspor ke Jerman

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WONOGIRI — Pemasaran buah naga organik asal Kelurahan Beji, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri, berhasil menembus pasar Eropa, khususnya Jerman. Setiap pekan, Kelompok Wanita Tani (KWT) Pelangi mengirimkan 20-40 kilogram (kg) buah naga ke negara tersebut.

Ketua KWT Pelangi Kelurahan Beji, Siswarsini, 44, mengatakan inisiasi ekspor buah naga dimulai dari pertemuan antara Gapoktan, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), anggota KWT dengan eksportir asal Kulonprogo. Dalam pertemuan itu disepakati eksportir siap membantu sertifikasi internasional buah naga organik.

Advertisement

“Prosesnya ternyata juga enggak mudah. Banyak yang harus dipenuhi mulai dari SOP penanaman buah naga, penanganan sampah, dan lainnya. Alhamdulillah lolos dan kami mulai ekspor,” kata dia saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Kampung Pudak RT 001/RW 002, Kelurahan Beji, Nguntoronadi, Kamis (27/12/2018).

Terbitnya sertifikat internasional dilanjutkan pengiriman sampel buah naga organik ke Jerman. Pengiriman itu dibalas dengan kunjungan importir asal Jerman, Rainer Muhzberger, ke Beji, November lalu.

Advertisement

Terbitnya sertifikat internasional dilanjutkan pengiriman sampel buah naga organik ke Jerman. Pengiriman itu dibalas dengan kunjungan importir asal Jerman, Rainer Muhzberger, ke Beji, November lalu.

“Ia ingin membuktikan apa betul buah yang dikirim ke sana itu dari Beji? Dia bilang ‘saya suka buah-buahan di sini. Di sana tidak ada buah-buahan seperti ini. Saya minta buah-buahan ini dibawa ke sana [Jerman]’,” kata Siswarsini menirukan perkataan Rainer.

Kini, setiap pekan, KWT Pelangi mengirimkan 20-40 kg buah naga organik ke Jerman. Buah itu dijual Rp20.000 per kg atau lebih tinggi dibanding harga lokal Rp18.000 per kg.

Advertisement

Buah naga organik di Beji tidak diproduksi secara massal dengan hamparan lahan luas. Posisi desa itu yang berada di puncak bukit cukup sulit untuk mendapatkan air dan tanah lapang.

Oleh Siswarsini, pembudidayaan buah naga organik dilakukan di pekarangan warga, sepanjang jalan desa, dan bidang-bidang tanah yang “menganggur.” Tak heran jika hampir di setiap depan rumah warga dan di tepi jalan kampung banyak ditemui pohon buah naga.

“Mengajak ibu-ibu juga enggak mudah. Saya mulai sejak 2012. Muncul ketertarikan dari ibu-ibu mulai 2014, lalu kami menerima banyak bantuan mulai dari beton penyangga pohon, benih, dan lainnya pemerintah kabupaten,” beber dia.

Advertisement

Kini, hampir semua keluarga di Beji menanam buah naga organik. Setiap keluarga rata-rata memiliki 5-10 beton penyangga berisi lima pohon. Pupuknya dihasilkan dari hasil pengolahan sampah kotoran ternak.

Di Beji, ada 800-an keluarga yang menanam buah naga dan 97 keluarga di antaranya sudah bersertifikasi internasional. Jumlah pohonnya mencapai ribuan.

“Kalau yang ditanam sepanjang jalan itu belum bersertifikat. Tanaman itu terpapar emisi kendaraan. Yang terserfikasi biasanya di pekarangan karena pemeliharaannya terjamin,” urai dia.

Advertisement

Hasil buah naga organik, lanjut Siswarsini, cukup untuk menambah pendapatan keluarga yang rata-rata petani jagung dan sawah. Ia mencontohkan satu batang beton bisa menghasilkan 3 kg buah. Saat tak punya uang, warga bisa memetik buah naga lalu dijual ke KWT.

Oleh KWT, buah dijual ke pemesan di wilayah Wonogiri secara online maupun kepada tamu-tamu yang bertandang ke Kampung Organik Beji sebagai buah tangan.

“Selain itu, di pekarangan rumah mereka juga menanam sayuran, cabai, dan buah-buahan. Untuk kebutuhan konsumsi keluarga mereka nyaris tak pernah ke warung kecuali membeli garam atau terasi,” beber perempuan yang juga guru di Raudhatul Athfal Perwanida 15 Beji itu.

Lurah Beji, Jarno, mengatakan selain buah naga organik, Beji juga menghasilkan beras organik. Di Beji, ada sawah seluas 16 hektare yang bersertifikat organik dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS).

“Keberadaan buah dan beras ini ke depan kami kembangkan menjadi kawasan agrowisata organik. Pengunjung bisa belajar organik di sini sekaligus menikmati sajian kuliner olahannya. Saat ini kami masih mempersiapkan kuliner khas apa yang akan disajikan,” tutur dia.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif