SOLOPOS.COM - Suasana Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, yang dimanfaatkan untuk kegiatan perahu wisata. Foto diambil Minggu (23/1/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com Stories

Solopos.com, KLATENEceng gondok di Rawa Jombor dinilai sering membikin pusing banyak orang. Keberadaan eceng gondok dianggap telah mengganggu ekosistem di Rawa Jombor.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Rangkaian revitalisasi Rawa Jombor yang berlangsung sejak pertengahan Juni 2021 diharapkan dapat menjadi solusi terhadap sering munculnya eceng gondok. Eceng gondok dianggap menjadi salah satu penyebab Rawa Jombor sulit maju.

Dilansir dari wikipedia, eceng gondok merupakan salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius. Dia seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.

Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4-0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung.

Baca Juga: Rawa Jombor Klaten Bermula dari Perkampungan yang Sering Tergenang Air

Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, PH, temperatur dan racun-racun dalam air.

eceng gondok rawa jombor
Kawasan permukaan perairan sisi timur Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, tertutup eceng gondok, Minggu (23/1/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.

Dampak negatif eceng gondok meningkatnya penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman (evapotranspirasi ), menurunkan jumlah cahaya yang masuk ke dalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air alias Dissolved Oxygens (DO), tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.

Selain itu, mengganggu lalu lintas (transportasi) air, meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia, dan menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

Baca Juga: Hii! Ini Jenis Ular yang Masih Sering Ditemukan di Rawa Jombor

20 Persen

Eceng gondok kian menutup permukaan perairan di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten. Sekitar 20 persen dari total luas perairan Rawa Jombor hijau gegara tertutup tumbuhan air tersebut.

“Eceng gondok menumpuk di sisi timur lantaran terbawa arus air seiring embusan angin di kawasan waduk yang relatif ke arah timur,” Ketua Paguyuban Perahu Wisata Rawa Jombor, Sutomo, kepada Solopos.com, Minggu (23/1/2022).

Pengelola perahu wisata maupun speedboat kesulitan berlabuh ke di tepian waduk di Taman Nyi Ageng Rakit. Mereka harus menyibak eceng gondok yang luasannya bak lapangan sepak bola itu agar bisa melaju. Sementara itu, warga dan Komunitas Jogorojo mulai membersihkan sebagian eceng gondok di sisi timur bersamaan dengan pembukaan Plaza Kuliner Taman Nyi Ageng Rakit, Minggu.

“Perahu wisata maupun speedboat saat ini kesulitan jika harus mencapai kawasan di tepian Plaza Kuliner Taman Nyi Ageng Rakit menyusul banyaknya eceng gondok yang menumpuk di sisi timur itu,” katanya.

Speedboat wisata menerobos tanaman eceng gondok yang tumbuh di kawasan Rawa Jombor, Klaten, Minggu (23/1/2022). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Di waktu sebelumnya, Kepala Desa (Kades) Krakitan, Nurdin, mengatakan eceng gondok dinilai sudah menutupi sepertiga Rawa Jombor. Pembersihan Rawa Jombor mendesak dilakukan secara berkesinambungan.

Baca Juga: Begini Keseruan Ngabuburit di Taman Nyi Ageng Rakit Rawa Jombor Klaten

“Hari ini [kemarin], warga krakitan dan sekitarnya dengan sukarelawan serta jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten resik-resik. Kegiatan ini patut didukung dan harus dilakukan secara bertahap. Jangan berhenti di sini. Pertumbuhan eceng gondok di sini sudah sangat parah. Kalau tidak sering dibersihkan, kami memperkirakan satu tahun ke depan Rawa Jombor akan tertutupi eceng gondok,” kata Nurdin, saat ditemui wartawan di kompleks Rawa Jombor, Sabtu (28/5/2016).

Nurdin mengatakan kegiatan bersih-bersih eceng gondok kali terakhir berlangsung tahun 2012. Setelah itu, kegiatan bersih-bersih eceng gondok tidak pernah dilakukan.

Tidak Bisa Diolah

Selain mempengaruhi ekosistem, eceng gondok di Rawa Jombor juga tidak bisa diolah menjadi bahan kerajinan yang bernilai ekonomi, seperti bahan membuat tas, sandal, dan yang lainnya.

“Panjang eceng gondok di sini kurang memenuhi pasaran [minimal 30 centimeter]. Di sini, tidak ada yang ahli mengolah eceng gondok untuk diubah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi. Eceng gondok ini juga mengganggu keindahan pemandangan di kawasan warung apung di Rawa Jombor. Kami pasrah dengan kondisi ini,” katanya.

Hal senada dijelaskan warga yang berdomisili di kawasan Rawa Jombor, yakni Basuki, 50. Upaya manual yang dilakukan warga dalam membersihkan eceng gondok dinilai belum dapat berjalan maksimal.



Baca Juga: Taman Nyi Ageng Rakit, Daya Tarik Baru Rawa Jombor Klaten

“Pertumbuhan eceng gondok sangat cepat. Sebagai warga, kami hanya berharap kegiatan resik-resik terus dilakukan ke depan. Agar eceng gondok di sini hilang,” katanya.

Pembersihan eceng gondok menjadi salah satu fokus kegiatan yang digulirkan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) tahun ini. Pada 2022, BBWSBS menggulirkan kegiatan yang difokuskan untuk melanjutkan pembangunan jalur pedestrian mengelilingi Rawa Jombor dengan pagu anggaran Rp4 miliar.

Pekerja membongkar bangunan warung apung di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Jumat (19/11/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Selain itu, BBWSBS menggulirkan kegiatan pembersihan eceng gondok bersifat swakelola dengan pagu anggaran Rp1 miliar.

“BBWSBS mengalokasikan dana untuk paket pagu Rp4 miliar yang saat ini baru proses lelang untuk kegiatan pedestrian. Kemudian ada swakelola kalau tidak salah Rp1 miliar untuk membersihkan eceng gondok,” jelas dia.

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan pembersihan eceng gondok di kawasan perairan Rawa Jombor menjadi tanggung jawab bersama.

Baca Juga: Dolan Klaten Naik Bus, DAMRI: Girpasang Dulu, Rawa Jombor Kemudian

“Selain pemerintah kami berharap warga dan komunitas bisa ikut berpartisipasi dengan sistem gotong royong. Kalau pemerintah saja memang mampu, tetapi dengan gotong royong akan lebih baik,” jelas dia.

Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah, Sinoeng N. Rachmadi, mengatakan Pemprov terus mendorong komunitas bisa mendayagunakan eceng gondok di Rawa Jombor.

“Dari Baznas akan berinisiasi membantu peralatan terutama dalam hal pencacah eceng gondok. Kami juga berinisasi akan kami usulkan ke Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jawa Tengah agar meluncurkan bantuan ke komunitas untuk peralatan berskala besar yang akan memberikan kapasitas besar pengolahan eceng gondok. Ini bisa diolah menjadi pakan maggot dan bisa digunakan untuk membuat pupuk organik,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya