SOLOPOS.COM - Perajin tahu, Sadimin, sedang memindahkan ampas ke saringan untuk dipress, di kediamannta Teblon, Krajan, Gatak, Sukoharjo, Senin (15/5/2023) sore. (Liliana Nur Hanifa).

Solopos.com, SUKOHARJO — Sepasang suami isteri asal Teblon, Krajan, Gatak, Sukoharjo, yakni Yani, 67, dan Sadimin, 67, konsisten berjualan tahu sejak 50 tahun lalu.

Mereka mengolah sendiri semua proses pembuatan tahu mulai dari merebus kedelai hingga mengolah ampasnya di tungku.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Berjualan tahu menjadi mata pencaharian utama keduanya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Usaha pengolahan tahu ini merupakan warisan secara turun temurun yang sudah ada sejak dulu.

“Tahu sudah dirintis sejak ibu saya, dilakukan turun temurun, sudah sejak Sekolah Dasar [SD] ikut membantu ngewangi ibu dodolan tahu, namun untuk sekarang belum tau usahanya mau di lanjut anak saya apa enggak, nek anake ra gelem, mau enggak mau ya berhenti,”
ujar Yani sambil tersenyum, Senin (15/5/2023).

Resep tahu yang digunakan sejak 50 tahun yang lalu hingga saat ini tidak ada yang berubah sama sekali. Resep rahasia tersebut dicetuskan kali pertama pada 1973 hingga sekarang.

Itu pula yang membuat tahu buatan Yani dan suami disebut lebih fresh ketimbang yang lainnya.

“Setiap hari hanya dodol tahu saja, dan ini sebagai pencaharian [mata pencaharian] utama bagi saya dan suami,” ungkap Yani, saat ditemui Senin (15/5/2023) sore.

Setiap harinya, mereka memproduksi sekitar satu sak kedelai dengan berat 50 kilogram (kg).

Peralatan dan cara pembuatan tahu mereka tergolong unik. Keduanya tidak menggunakan gas melon sebagai bahan bakar menggoreng tahu, melainkan memakai tungku dan kayu bakar.

“Dalam proses pembuatan tahu semua dilakukan secara bersama-sama, enggak ada pembagian tugas yang khusus, tapi kalau untuk yang nggoreng kebanyakan dilakukan istri, tapi kalau istri lagi melakukan yang lain ya saya yang nggoreng, ungkap penjual tahu,” kata Sadimin.

Produksi tahu dilakukan setiap hari mulai pukul 11.00 WIB – pukul 21.00 WIB.  Setelah itu, tahu dijual dalam kondisi mentah atau digoreng pada keesokan harinya.

Harga tahu mereka pun relatif murah, dibanderol mulai dari harga Rp500/biji untuk ukuran besar, sedangkan untuk ukuran yang kecil hanya Rp500/2 biji.

Setiap hari, Yani dan suami mengantongi keuntungan hampir Rp100.000 dari berjualan tahu.

“Memang regane agak murah, enggak papa sing penting ajeg, nek masih ada sisa, tahu disetorkan ke pasar-pasar,” ungkapnya saat ditemui Solopos.com sembari menggoreng, Senin lalu.

Sebagai pemain lama, Yani pun punya beberapa strategi  tiap mendapati harga kedelai naik. Apabila terjadi kenaikan harga kedelai, ia mengurangi ukuran irisan tahu.

Meskipun sudah berusia lanjut, pasangan suami istri ini sangat semangat saat memproduksi tahu.  Bahan baku yang mereka gunakan biasanya dipilih yang berkualitas bagus.

Yani mengatakan dirinya terus menjaga mutu dan kualitas dari produk yang dibuatnya supaya pelanggan tidak merasa kecewa dengan produk olahannya.

Salah satu pembeli langganan Yani, Shania mengatakan kalau tahu yang berada di Teblon, Sukoharjo, itu berbeda dengan tahu-tahu yang lain karena lebih fresh.

“Tahu yang dijual menurutku berbeda dengan yang lain, karena langsung diproduksi dan digoreng jadi masih fresh dan harga nya masih tergolong murah,” kata Shania.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya