SOLOPOS.COM - Petilasan Nyi Lanjar dan Ki Gathok yang menjadi asal-usul Desa Pacinan lokasi Objek Wisata Batu Seribu di Kecamatan Bulu, Sukoharjo, Selasa (8/11/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO— Kisah Objek Wisata Batu Seribu Pacinan bermula dari kisah pasangan suami-istri (pasutri) yakni Nyi Lanjar dan Ki Gathok, suaminya.

Kisah itu melegenda turun temurun diceritakan kepada masyarakat Desa Pacinan, Kecamatan Gentan, Kabupaten Sukoharjo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Diceritakan Nyi Lanjar sedang resah mencari suaminya yang hilang. Sementara diketahui Ki Gathok tidak sengaja menghilang. Dalam ceritanya, saat berjalan ke hutan mencari kayu bakar Ki Gathok menemukan sebutir telur di tepian jalan yang kemudin dia bakar dan santap.

Namun, baru setengahnya menyantap telur itu seluruh tubuh Ki Gathok terasa panas. Dia berlarian ke sana kemari mencari air.

“Karena kepanasan itu, Ki Gathok akhirnya mencabut rumput pacing yang ada di sekelilingnya dari hasil cabutannya itu keluarlah air yang kian membesar dan akhirnya membentuk genangan yang besar dan dalam,” terang pengelola Objek Wisata Batu Seribu Pacinan, Reno, saat ditemui di lokasi setempat, Selasa (8/11/2022).

Dari sana Ki Gathok dikabarkan menceburkan diri ke dalam genangan air dan akhirnya menghilang. Nyi Lanjar yang kala itu resah akhirnya bertekad mencari suaminya ke hutan belantara.

Dia menemukan sisa telur yang disantap suaminya, dari sana dia melahap telur itu dan mengalami hal yang sama dengan Ki Gathok.

Seluruh tubuhnya terasa panas hingga akhirnya dia menceburkan diri dan bertemu dengan sang suami dalam genangan itu. Masyarakat setempat mempercayai kisah tersebut sebagai contoh kesetiaan sepasang insan kekasih.

Genangan tersebut yang hingga kini dikenal masyarakat sebagai Umbul Pacinan bersumber dari kata Pacing itu sendiri. Hingga kini masyarakat masih mempercayai jika pasangan muda berkunjung dan berendam di umbul tersebut akan mendapat berkah kelanggengan dalam berumah tangga.

Kedua insan tersebut bahkan diberikan penghormatan dalam bentuk makam meski tanpa jasad. Kedua makam itu berada di Objek Wisata Batu Seribu tepatnya berada di dekat pohon besar area kolam renang objek wisata setempat.

Sementara nama Batu Seribu sendiri diambil dari banyaknya batuan kars yang berada di wilayah tersebut.

“Dulunya namanya Umbul Pacinan, karena di sini banyak batuan kars geopark. Kalau berdasarkan cerita dulunya di sini semacam lautan, karena airnya telah surut sehingga di sini banyak bebatuan. Dari situ kemudian diberi nama Objek Wisata Batu Seribu Pacinan,” terang Reno.

Reno menyebut air kolam renang yang menjadi wahana wisata di sana tanpa perlu menggunakan kaporit. Kolam renang itu terisi penuh oleh sumber mata air yang ada di sana. Namun, ketika hujan turun sumber mata iar itu justru akan keruh mengingat adanya percampuran dengan air hujan. Sementara kondisi air paling jernih terjadi ketika musim kemarau tiba.

Sementara lokasi objek wisata tersebut dulu hanya lahan milik warga. Namun, karena Pemerintah Kabupaten Sukoharjo melihat potensi perkembangan wisata di daerah itu maka beberapa lahan warga dilakukan pembebasan tanah hingga dibangun wahana wisata.

Sementara itu, warga Lorog, Tawangsari, Rum Ari, mengatakan semasa kecil kawasan tersebut memiliki sumber mata air dari tanah (umbul) yang cukup banyak. Bahkan air tersebut bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu dimasak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya