SOLOPOS.COM - Taufik Hidayat, pemuda asal Boyolali yang menekuni bisnis thrifting. (Youtube Espos Indonesia)

Solopos.com, BOYOLALI — Pemuda asal Boyolali, Jawa Tengah (Jateng), bernama Taufik Hidayat, meraih pundi-pundi uang dari bisnis pakaian bekas atau thrifting. Melalui bisnis thrifting, Taufik mampu mendapatkan omzet mencapai ratusan juta rupiah setiap bulannya.

Dikutip dari video yang ditayangkan kanal Youtube Espos Indonesia, Taufik semula tidak pernah memiliki rencana menggeluti bisnis pakaian bekas, barang secondhand, atau thrifting. Semula ia hanya menjalankan thrifting atau berburu pakaian besar hanya sekadar untuk konsumsi pribadi terkait dengan hobinya mendaki gunung.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kala itu, ia kerap mencari jaket-jaket outdoor atau jaket gunung produk impor yang secondhand. Hal itu dilakukan karena menurutnya barang buatan dalam negeri atau lokal kurang menarik baik tampilan maupun fungsinya.

“Saya mainnya, awalnya di pasar second-nan untuk mendapatkannya [pakaian bekas]. Setelah itu lama-lama kita punya barang kok over. Media sosial kita gunakan, kita maksimalkan jualan. Alhamdulillah, reponsnya bagus saat ini,” ujar pemilik Second Original Boyolali itu.

Pemuda asal Boyolali ini pun memulai bisnis thrifting sejak 2011 lalu. Ia awalnya berjualan secara online melalui media sosial Facebook maupun BBM. Setelah dirasa cukup sukses, Taufik pun berani memperlebar usahanya dengan berjualan secara offline. Ia pun menyewa sebuah kios dengan ukuran 4×6 meter untuk menjual barang dagangnya sejak 2016.

Awalnya, ia lebih fokus menjual barang-barang yang brand outdoor. Seiring berjalannya waktu dan karena permintaan pasar akhirnya ia meranjak ke barang-barang kasual seperti tipe army dan sport.

Optimistis Bertahan

Sebagai pedagang, Taufik pernah mengalami masa pasang dan surut. Bahkan, ia pernah mengalami selama sepekan hanya ada 8 orang yang datang ke tokonya, bahkan tidak ada sama sekali. Meski demikian, dari sisi online, ia selalu mendapatan pesanan.

Berbicara tentang modal dan omzet, Taufik mengaku bahwa modalnya tidak jelas karena pada saat itu barang-barang belum begitu mahal dan belum begitu populer. Ia menuturkan awalnya modalnya dalam sebulan tidak sampai Rp5 juta.

“Kita omzet per bulan bisa dibilang untuk offline bisa sekitar Rp4 juta dikali 30 hari,” ungkapnya.

Kendati demikian, Taufik juga mengaku bahwa ada juga beberapa kesulitan saat menggeluti bisnis thrifting. Terlebih lagi, saat ini banyak kalangan yang menyuarakan larangan bisnis thrifting karena dianggap ilegal.

Meski demikian, ia tetap optimistis bisnis thrifting tetap bertahan bahkan hingga 5-10 tahun kedepan. Hal itu tak lain karena selama ada permintaan pasar, maka bisnis yang digeluti tetap akan berjalan.

“Kalau menurut saya pribadi, saya optimistis 5, bahkan 10 tahun kedepan masih jalan. Insyaallah berkembang hampir setiap tahun. Pasti ada berita ya larangan, atau mungkin barang disita, akhirnya barang enggak masuk. Tapi, nanti akhirnya ya udah di pasar, ada lagi kayak gitu aja. Itu yang saya maksud ‘ngalir aja’ gitu,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya