SOLOPOS.COM - Dian Nugroho (kiri) membatik bersama tiga karyawan di rumahnya di Desa Joho, Kecamatan Purwantoro, Kabuapten Wonogiri, Minggu (5/2/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIWonogiri memiliki batik yang berpotensi menjadi salah satu produk unggulan daerah. Dengan ciri khas motif remukan, menjadikan Batik Wonogiri beda dari yang lain.

Hal itu yang coba ditangkap seorang pemuda asal Desa Joho, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Dian Nugroho. Pemuda 25 tahun itu mulai merintis usaha batik pada awal 2021 dengan niat melestarikan Batik Wonogiri. Sekarang, dengan merek dagang Batik Kalimasada, dia sudah memiliki tiga karyawan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dian, sapaan akrabnya, melihat Wonogiri mempunyai potensi batik yang bisa dikembangkan. Sayangnya, pelaku usaha batik di Wonogiri merupakan hanya orang-orang tua. Kecamatan Tirtomoyo yang menjadi sentra usaha batik di Wonogiri pun hampir tidak ditemukan pemuda yang turut hadir dalam ekosistem batik.

“Saya prihatin melihat itu, dari situ saya ingin terjun di sini [usaha batik],” kata Dian saat ditemui Solopos.com di rumahnya di Desa Joho, Minggu (5/2/2023).

Dian menjelaskan, batik yang dia buat tetap membawa ciri khas batik Wonogiri dengan motif remukan tetapi dia kombinasikan dengan motif-motif kontemporer. Hal itu dia lakukan agar batik itu tetap sesuai dengan tren sehingga tetap disenangi kaum muda.

Meski kontemporer, Dian tetap berupaya membawa nuansa Wonogiri. Misalnya, motif batik lawas dan remukan dia kombinasikan dengan motif landmark Wonogiri seperti gapura, bangunan khas, atau komoditas Wonogiri antara lain kopi.

“Batik Kalimasada itu batik tulis. Semua dikerjakan secara manual. Hand made. Mulai dari bikin sketsa, membatik, sampai selesai,” ujar dia.

Selain membuat motif sendiri, Dian juga kerap membuat batik sesuai pesanan. Pemesanan biasanya menginginkan motif khusus yang lain dari biasanya. Dalam sebulan Dian dan tiga karyawan itu bisa memproduksi maksimal delapan batik tulis.

“Itu sudah paling maksimal. Soalnya ini batik tulis. Prosesnya panjang. Paling cepet, satu kain batik itu bisa selesai satu pekan. Tapi umumnya dua pekan baru selesai,” ucapnya.

Harga Batik Kalimasada dibanderol mulai Rp250.000-Rp500.000 bergantung tingkat kesulitan saat pembuatan batik. Dian bahkan pernah menjual satu kain batik pesanan senilai Rp2,5 juta.

Dian baru menjual produk-produknya melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook. Selain itu ia jual di berbagai lokapasar.

“Kalau ada pameran batik juga biasanya saya jual di sana. Jujur saja itu sangat membantu,” ungkap Dian.

Selain batik, Dian juga memprduksi kain ecoprint dan tiedye. Dia mengklaim bahwa Batik Kalimasada hadir untuk memberikan sentuhan khas Wonogiri namun tetap ramah lingkungan.

Dian belajar membatik saat masih kuliah di Universitas Sebelas Maret jurusan Pendidikan Seni Rupa sejak semester tiga. Namun dia tidak cukup puas hanya belajar di kampus hingga akhirnya belajar langsung dengan pembatik-pembatik di Kampung Laweyan, Solo selama lebih kurang empat bulan.

Dalam sebulan, Dian bisa meriah omzet jutaan rupiah dari bisnis batik ini.

“Jujur saja, saya memang cinta batik,” imbuh Dian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya