Soloraya
Jumat, 26 Mei 2023 - 02:43 WIB

Cerita Penemuan Prasasti Sarungga di Cepogo Boyolali, Awalnya Dikira Batu Biasa

Nimatul Faizah  /  Suharsih  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Prasasti Sarungga berupa batu monolit di Dukuh Wonosegoro, Desa/Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Kamis (25/5/2023). (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI — Prasasti Sarungga yang dibuat pada 25 Mei 901 Masehi atau 1.122 tahun lalu dan ditemukan di Dukuh Wonosegoro, Desa/Kecamatan Cepogo, Boyolali, menjadi bukti adanya budaya tulis di kalangan masyarakat lereng Gunung Merbabu era Mataram Kuno.

Prasasti itu menjadi benda bersejarah in situ atau dipertahankan di tempat aslinya alias tidak dipindahkan ke tempat lain. Prasasti berupa batu monolit itu berada di ladang milik salah satu warga Dukuh Wonosegoro.

Advertisement

Uniknya, warga setempat sebenarnya sudah mengetahui keberadaan prasasti batu itu sejak lama namun mereka tidak menyadari nilai sejarah dari batu tersebut. Baru pada 2019, penelitian dilakukan terhadap batu itu dan mengungkapkan berdasarkan tulisan yang terukir bahwa batu merupakan prasasti yang dibuat pada tahun 901 Masehi.

Penelitian terhadap Prasasti Sarungga di Cepogo dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah setelah mendapat laporan dari komunitas pehobi blusukan dan pemerhati cagar budaya arkeologi di Boyolali, mBo’jalali dan Boyolali Heritage Society (BHS).

Advertisement

Penelitian terhadap Prasasti Sarungga di Cepogo dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah setelah mendapat laporan dari komunitas pehobi blusukan dan pemerhati cagar budaya arkeologi di Boyolali, mBo’jalali dan Boyolali Heritage Society (BHS).

Ketua Boyolali Heritage Society (BHS), Kusworo Rahadyan, mengatakan pada 2019 itu, para pemerhati cagar budaya yang tergabung dalam mBo’jalali sedang giat-giatnya blusukan ke berbagai lokasi cagar budaya.

Saat itu, anggota komunitas itu mendapatkan informasi dari warga Wonosegoro, Cepogo, Boyolali, lewat unggahan di media sosial Facebook yang mempertanyakan sebongkah batu.

Advertisement

Temuan tersebut kemudian dilaporkan ke BPCB Jawa Tengah hingga akhirnya dilakukan penelitian. Hasilnya mengonfirmasi batu itu memang prasasti. Kusworo menjelaskan Prasasti Sarungga yang ditemukan di Cepogo, Boyolali, dipahat pada batu monolit.

Prasasti Telang di Wonogiri

“Tanggal konversinya Senin Wage, 25 Mei 901 Masehi. Ini sudah 1.122 tahun,” ujar dia. Tulisan dalam prasasti tersebut menggunakan aksara Jawa Kuno berbunyi, “swasti saka warsa tita 823 jyesta masa pancami sukla hawaso kala niki patapan ri sarunga nama…”.

Artinya “selamat tahun Saka yang telah lalu 823 pada bulan Jyesta tanggal 5 bagian bulan terang. Haryang (hari bersiklus enam), Wagai (hari bersiklus lima), Soma (hari bersiklus tujuh atau Senin), pada saat ini (terdapat) pertapaan di Sarunga (yang) hendaklah dinamai…”

Advertisement

“Nah, setelah bagian hendaklah dinamai itu hilang tulisannya. Tapi menurut prasasti, wilayah ini disebut sebagai Sarungga,” ujar dia.

Pada Prasasti Sarungga di Cepogo, Boyolali, itu tertulis angka tahun Saka 823 yang jika dikonversi dengan menambahkan 78 tahun untuk menentukan angka tahun Masehinya ketemu angka 901 Masehi. Dari catatan yang ada, tahun itu merupakan era Kerajaan Medang atau Mataram Kuno di Jawa di bawah pemerintahan Raja Dyah Balitung.

Mengutip artikel berjudul Dyah Balitung Putra Daerah yang Sukses Menjadi Raja Mataram Kuna karya Baskoro Daru Tjahjono (Balai Arkeologi Yogyakarta) yang diunggah di laman berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id, Raja Dyah Balitung memerintah pada 898-908 Masehi.

Advertisement

Raja Dyah Balitung dikenal sebagai salah satu raja yang paling banyak mengeluarkan prasasti. Penemuan prasastinya tersebar tidak hanya di Jawa Tengah tapi juga DIY dan Jawa Timur. Bahkan sumber lain menyebut prasasti Dyah Balitung juga ditemukan di Bali.

Salah satu prasasti yang dikeluarkan Raja Dyah Balitung yakni Prasasti Telang yang ditemukan di Situs Wonoboyo, Wonogiri pada 17 Juli 1933. Dari tulisan di prasasti berbentuk lempengan tembaga itu diketahui prasasti itu dibuat pada 6 Parogelap bulan Posya 825 Saka atau 11 Januari 904 Masehi.

Tidak diketahui pasti apakah Prasasti Sarungga di Wonosegoro, Cepogo, Boyolali, juga dikeluarkan oleh Raja Dyah Balitung seperti halnya Prasasti Telang. Namun, jika dilihat dari angka tahunnya, Prasasti Sarungga dibuat pada era yang sama, hanya berselisih tiga tahun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif