SOLOPOS.COM - Sanggar Tosan Aji Sri Yanto di Pasar Keris di area Alun-alun utara Keraton Solo, Senin (29/4/2024). (Solopos.com/ Ahmad Kurnia Sidik).

Solopos.com, SOLO–Keris bagi Kota Solo bukan hal asing. Bahkan sudah menjadi cirinya. Sebagai bukti, di Solo ada Museum Keris Nusantara yang menyimpan empat ratusan jenis keris dari berbagai daerah dan beragam jenis serta ukuran. Tak hanya itu ada Tugu Keris yang siap menyambut warga yang masuk ke Solo.

Selain kedua bangunan ikonik keris itu, di Solo juga ada pasar tradisional yang khusus menjual keris dan pernik-pernik yang menyertainya. Pasar Keris itu berlokasi di area Alun-alun Utara Keraton Solo. Tepatnya di sisi timur setelah gerbang masuk Keraton Solo.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Pantauan Solopos.com, setidaknya ada belasan lapak penjual keris. Di Pasar Keris itu pengunjung tak hanya sekadar bisa melihat-lihat atau membeli keris dengan beragam jenis, ukuran, dan usia. Namun, juga bisa mereparasi keris karena beberapa lapak juga menyediakan jasa reparasi keris.

Salah satunya seorang warga asal Kelurahan Gedangan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Bandhi Eka, 21. Sebelumnya, Eka, sapaan akrabnya, bercerita bahwa usahanya tersebut telah berlangsung secara turun-temurun sejak dari kakeknya.

“Saya [berjualan] di sini hitungannya masih baru, sebelumnya bapak yang di sini [Pasar Keris]. Dan memang sudah turun temurun usaha keris ini dari Mbah dulu yang memang salah satu meranggi [pembuat warangka/sarung keris] di Keraton Solo. Makanya selain saya, yang menjual keris di pasar ini juga ada pakdhe saya, dan anak-anaknya pakdhe,” jelas Eka saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (29/4/2024) lalu.

Di Pasar Keris, Eka bertahan di dua lapak Sanggar Tosan Aji Sri Yanto. Sementara saat ditanya bagaimana ia menjalankan usahanya itu, ia menerangkan selain menjual keris juga mereparasi keris dan seperangkat lainnya yang masih berkaitan dengan keris.

Ada ratusan keris dan warangka di Sanggar Tosan Aji Sri Yanto. Sementara harganya bervariasi mulai dari Rp500.000-an hingga jutaan rupiah. Eka mengaku dalam sebulan bisa menjual lima hingga sepuluh keris.

“Untuk bulan lalu [Maret 2024] laku enam keris. Rata-rata harga Rp1,5 jutaan hingga belasan juta rupiah,” kata dia.

Eka menerangkan penjualan kerisnya relatif stabil, tidak terpengaruh pandemi atau pun hal lainnya, karena memang sudah memiliki pelanggan sendiri.

“Pasarnya beda dari barang lainnya, menurut saya. Makanya penjualannya stabil karena pelanggan saya adalah orang-orang yang menyukai keris karena nilai budaya dan sejarahnya, sangat jarang atau mungkin tidak ada yang karena nilai mistis,” kata Eka.

Ia kemudian menjelaskan jenis-jenis pelanggan dan pilihan kerisnya. Menurut dia, bagi pelanggan yang ingin memulai sekadar memiliki keris ataupun mengoleksi, pilihan kerisnya yang sederhana secara bentuk dan ukuran dengan harga Rp500.000 hingga Rp2 jutaan. Selain itu ada yang memang kolektor, pilihan kerisnya beragam dengan harga Rp5 jutaan hingga ratusan juta rupiah.

“Menurut saya tidak bisa dinilai, tergantung kesukaan hati masing-masing. Bagi yang baru mau memulai dengan kolektor atau biasanya pejabat punya cara menilai keris masing-masing,” kata dia.

Ia juga mengaku pencapaian termahalnya dalam menjual keris sampai saat ini masih berkisar belasan juta rupiah per keris. Berbeda dengan orang tuanya, kata dia, yang pernah menjual sebuah keris jenis nagasasra senilai Rp242 juta kepada seorang kolektor keris.

Sementara terkait dengan reparasi keris, Eka menjelaskan bahwa menjajakan jasanya dengan harga mulai dari Rp50.000 hingga ratusan ribu rupiah, tergantung jenis yang direparasi dan tingkat kesulitan mereparasi keris ataupun warangkanya.

Saat ditanya ke daerah mana saja ia pernah mengirimkan hasil penjualan kerisnya itu, ia menjawab masih berkutat di dalam negeri, yakni selain dalam Pulau Jawa, ia pernah mengirimkan ke Pulau Bali dan Kepulauan Riau.

“Saya belum pernah menjual ke luar negeri, kalau bapak pernah, sampai ke Belanda, beberapa tahun lalu,” kata dia.

Eka sangat jarang atau bahkan tidak pernah bertransaksi melalui media sosial. Pelanggan lebih memilih berkunjung langsung di lapaknya di Pasar Keris. Berbeda dengan penjual keris lainnya, Rama Dewantara, yang memang menjual keris melalui berbagai media sosial, baik Instagram, Facebook, maupun lokapasar.

“Penjualan [keris] saya memang lewat online. Saya ke pasar keris ini untuk sekadar srawung dengan pedagang lainnya,” kata Rama saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (29/4/2024).

Rama mengaku menjual berbagai jenis keris dengan harga mulai Rp500.000 hingga belasan juta rupiah. Ia tidak menyampaikan berapa keris yang mampu ia jual dalam satu bulan.

Saat ditanya ke daerah mana saja ia pernah mengirimkan hasil penjualan kerisnya itu, ia menjawab selain berkutat dalam negeri beberapa bisa laku ke luar negeri, termasuk Malaysia dan Jepang. Dan pelanggannya sendiri, lanjut dia, sebagian membeli keris karena nilai mistis.

“Tapi seringnya ke Papua. Pelanggan saya kebanyakan polisi atau tentara di sana yang butuh ‘pegangan’,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya