SOLOPOS.COM - Human Resources General Manager PT Pan Brothers Tbk, Nurdin Setiawan, menunjukkan mini factory di pabrik perusahaan tersebut di Butuh, Mojosongo, Boyolali, Senin (19/6/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Pandemi Covid-19 membuat perusahaan garmen terbesar di Indonesia, PT Pan Brothers Tbk, harus memutar otak agar tetap bertahan. Tidak hanya itu, masalah geopolitik perang Rusia-Ukraina juga menjadi masalah tersendiri.

Human Resources General Manager PT Pan Brothers Tbk, Nurdin Setiawan, menceritakan pada 2020 perusahaannya menghadapi hantaman pandemi Covid-19. Kemudian, pada 2022 menghadapi masalah geopolitik perang Rusia-Ukraina.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Pada 2020 dan 2022 itu sebenarnya hal yang berbeda, tapi situasinya sama, yaitu sama-sama ordernya berkurang,” kata Nurdin saat berbincang dengan Solopos.com di pabrik PT Pan Brothers di Mojosongo, Boyolali, Senin (19/6/2023).

Ia menjelaskan perbedaannya pada 2020 terjadi lockdown karena pandemi Covid-19. Penyebab turunnya order bukan karena daya beli masyarakat yang menurun, akan tetapi banyak negara tujuan ekspor yang melakukan lockdown.

Selain itu, Nurdin menceritakan toko-toko global brand juga tutup. Lalu inventory tidak bisa keluar sehingga order harus ditunda dan baru bisa dilakukan pada 2021.

“Artinya pada saat itu tetap ada, tapi pada 2022, market dari global brand itu turun diakibatkan daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor turun. Itu bedanya,” kata dia.

Untuk bisa bertahan, Nurdin mengungkapkan semasa pandemi PT Pan Brothers termasuk di Boyolali melakukan substitusi produk dari global brand ke produk-produk alat kesehatan seperti masker dan alat pelindung diri (APD). Kemudian, pada 2021-2021, PT Pan Brothers mulai memproduksi produk-produk yang lebih complicated dan berteknologi.

“Itu agar Pan Brothers tetap bisa sustain, sebab kalau hanya mengandalkan produk-produk basic, kami tidak bisa bertahan lebih. Produk basic itu yang jahitannya sederhana, hanya cukup dua sampai tiga mesin. Kalau yang complicated itu kan butuh banyak mesin yang berteknologi,” terang dia.

Lebih lanjut, Nurdin menceritakan selama masa-masa itu, PT Pan Brothers tidak melakukan pemutusan hubungan kerja atau merumahkan karyawan. “Tapi memang ada berkurang karyawan karena mereka yang mengundurkan diri atau keluar, sementara kami tidak cari penggantinya untuk tetap sustain di tengah gonjang-ganjing,” kata dia.

Penghargaan dari Kementerian Perindustrian

Di tengah menghadapi masalah, ternyata pada 2022 PT Pan Brothers mendapatkan penghargaan INDI 4.0 untuk PT Pancaprima Ekabrothers dan unit bisnis PT Prima Sejati Sejahtera ditunjuk sebagai Lighthouse Industri 4.0.

Penghargaan tersebut dianugerahkan oleh Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian. Penghargaan Lighthouse Industri 4.0 kepada PT Prima Sejati Sejahtera, tutur Nurdin, merupakan komitmen dari perusahaan terhadap teknologi dan digitalisasi agar mampu bersaing secara global.

“Ketika kami mendapatkan predikat Lighthouse Industri 4.0, kami harus punya komitmen untuk menerima perusahaan-perusahaan yang ingin belajar ke PT Prima Sejati Sejahtera terkait implementasi industri 4.0, belajarnya di mini factory,” kata dia.

Mini factory tersebut, tutur Nurdin, juga akan mempermudah perusahaan yang ingin belajar karena hanya berada dalam satu ruangan, sehingga tidak perlu berpindah ruang.

Nurdin sempat mengajak Solopos.com melihat mini factory yang berada di lantai II gedung kantor PT Pan Brothers Tbk di Butuh, Mojosongo, Boyolali. Terdapat barang-barang yang digunakan untuk proses industri dari warehouse, produksi, hingga packing.

Selain ada mini factory, tutur Nurdin, ada juga ruangan khusus yang dapat dipakai untuk melihat situasi produksi lewat zoom secara real-time. Sebelumnya, berdasarkan dokumen laporan keuangan PT Pan Brothers Tbk yang bisa diakses secara publik di panbrotherstbk.com, penjualan PT Pan Brothers Tbk mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.

Pada 2018, penjualan PT Pan Brothers Tbk mencapai US$611,4 juta (sekitar Rp9,171 triliun jika menggunakan kurs Rp15.000 per dollar AS), lalu 2019 mencapai US$665 juta (Rp9,975 triliun), 2020 senilai US$684,9 juta (Rp10,273 triliun).

Kemudian pada 2021 penjualannya meningkat lagi jadi US$689,4 juta (Rp10,341 triliun), dan pada 2022 mencapai US$690 juta (Rp10,35 triliun).

Penjualan pada 2022 itu terbanyak ke pasar Asia dengan nilai US$420,1 juta (Rp6,3 triliun), Amerika Serikat US$143,9 juta (Rp2,158 triliun), ke Eropa senilai US$112 juta (Rp1,68 triliun), dan lainnya senilai US$14 juta (Rp210 miliar).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya