Solopos.com, KARANGANYAR -- Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam dua jilid benar-benar memukul para pelaku usaha pariwisata di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Mereka mengaku kesulitan membayar gaji pegawai.
Kondisi ini diungkapkan sejumlah pengelola wisaya saat berbincang dengan Solopos.com. Salah satunya Manajer Operasional Embun Lawu, Suparman. Embun Lawu dahulu bernama Lawu Camp. Objek wisata seluas lima hektare itu berada di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu. Embun Lawu menyuguhkan fasilitas flying fox, outbond, camping ground, homestay, penangkaran rusa tutul, dan lain-lain. Lek Man, sapaan akrabnya, mengaku usahanya mengalami kesulitan dengan adanya PPKM.
"Contoh hari ini, pegawai kami liburkan semua. Ada 35 orang. Hanya satpam yang kami minta masuk untuk menjaga keamanan. Hari ini kami hanya menerima tamu yang sudah memesan jauh hari karena kebijakan Jateng di Rumah Saja. Padahal objek wisata begini ini ramai saat akhir pekan," kata Lek Man, Sabtu (6/2/2021).
Baca juga: Kawasan Wisata Tawangmangu Sepi Nyenyet
Baca juga: Kawasan Wisata Tawangmangu Sepi Nyenyet
Lek Man mengaku pelaku usaha pariwisata di Tawangmangu dalam posisi dilema. Mereka wajib menaati aturan pemerintah. Tetapi kondisi saat ini membuat pelaku usaha pariwisata menjerit. Biasanya pengunjung yang datang ke Embun Lawu rata-rata 50 orang per hari. Dalam kondisi tertentu, hanya dikunjungi 16 orang.
"Untuk bayar gaji pegawai, kami tetap cari lubang lain. Gali lubang, tutup lubang. Kondisi seperti itu kami alami sejak pertengahan November sampai sekarang semakin parah. Kami harus berusaha agar bisa membayar gaji pegawai, operasional, pajak, dan lain-lain," jelasnya.
Baca juga: Setelah Happy Asmara, Lagu Ciptaan Wahyu Glece Kini Dinyanyikan Pedangdut Vita Alvia
Kondisi tidak jauh berbeda dialami pengelola tiga objek wisata alam di Kecamatan Tawangmangu, yakni Parmin Sastro. Parmin mengelola The Lawu Park 1 dan 2, Sakura Hills, dan Wonder Park Tawangmangu. Parmin menuturkan pengunjung merosot 75% selama PPKM.
Belum lagi saat Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberlakukan program Jateng di Rumah Saja. Padahal, pelaku usaha pariwisata di Tawangmangu mengandalkan kunjungan wisata pada akhir pekan.
"Ya dilematis. Kondisi kami sudah sangat sepi banget. [Pengunjung] turun 75% kalau dibandingkan dengan sebelum PPKM. Sempat itu, hari tertentu sepanjang sejarah belum pernah itu, satu hari [pengunjung] yang masuk [Sakura Hills] hanya dua orang. Padahal karyawan 40 orang. Kondisi seperti terjadi beberapa kali," tutur Parmin.
Baca juga: Jateng di Rumah Saja, Tim Bubarkan Senam & Kontes Cupang di Solo
Pengunjung saat akhir pekan hanya tersisa 30% dari sebelum PPKM. Parmin menyampaikan kondisi tersebut tidak hanya dialami dirinya, tetapi juga pelaku usaha pariwisata lainnya. "Mikir gaji karyawan bulan kemarin [Januari] itu saja enggak cukup. Ini Februari kondisinya begini. Hampir semua pelaku usaha pariwisata mengeluh soal gaji karyawan. Sebelum PPKM, kami masih melayani pengunjung rombongan naik bus. Satu atau dua bus masih ada. Selama PPKM ini tidak ada kegiatan wisata. Pengunjung menahan diri."