SOLOPOS.COM - Suasana jalur pendestrian di Jl Gatot Subroto atau koridor Gatsu Solo, Jumat (16/12/2022). (Solopos/Putut Hartanto)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Kawasan Koridor Jl Gatot Subroto atau Gatsu-Ngarsopuro, kini menjadi salah satu ikon wisata yang menarik di Kota Solo. Lokasinya yang strategis dan banyaknya ruang publik yang tersedia menjadi daya tarik, ditambah lagi banyaknya lukisan mural yang tersaji di sepanjang koridor.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Lukisan mural berbagai bentuk dan tema itu menambah nilai estetika yang juga berfungsi sebagai daya tarik untuk wisata. Nuansa ikonik koridor Gatsu-Ngarsopuro tahun ini semakin terasa dengan adanya dua gapura yang saling berhadapan, satu gapura berwarna biru di selatan dan gapura berwarna hijau di utara.

Kedua gapura itu makin membuat koridor Gatsu-Ngarsopuro terlihat manis dan elegan. Berjalan di Koridor Gatsu-Ngarsopuro juga serasa melewati jalan yang memadukan unsur seni dan budaya tetapi tanpa meninggalkan sisi progresif dari sebuah kawasan urbanis dengan gedung-gedung tinggi berpadu mural yang berkarakter.

Bahkan, banyak bentuk mural yang menarik perhatian, mulai dari tema perang Ukraina-Rusia, 27 club, hingga pernikahan Kaesang-Erina beberapa waktu lalu. Mural di koridor Gatsu-Ngarsopuro diinisiasi pada 2017 oleh kelompok seni Solo is Solo.

Kelompok ini diketuai oleh Irul Hidayat yang studionya kebetulan berada di sekitar Jl Gatot Subroto (Gatsu). Solopos.com berkesempatan berbincang dengan Irul di studionya, Senin (9/1/2023). Ia bercerita bagaimana awal dari seni mural yang kini menjadi daya tarik dari koridor Gatsu-Ngarsopuro.

“Awal mulanya, kami melihat banyaknya vandalisme, bukan hanya di koridor Gatsu-Ngarsopuro tetapi juga di Kota Solo, di pintu-pintu ruko ataupun toko yang dicoret-coret. Masalahnya, itu kan enggak minta izin dengan yang punya jadi mengganggu mereka yang punya toko dan saat itu seni mural memang sedang ramai dan populer,” jelas Irul.

mural gatsu-ngarsopuro solo
Gang-gang kampung di sekitar koridor Gatsu-Ngarsopuro Solo juga dipercantik dengan mural, Senin (9/1/2023). (Solopos/Gigih Windar Pratama)

Irul kemudian menawarkan solusi kepada Wali Kota Solo yang saat itu dijabat FX Rudyatmo, untuk mengurangi vandalisme tersebut dengan menutupnya pakai mural yang lebih memiliki konsep dan punya nilai artistik. “Pak Rudy saat itu setuju dan kemudian mendukung pergerakan kami, karena vandalisme yang berulang bikin Pemkot Solo kewalahan,” tambah Irul.

Kolaborasi dengan Pemilik Toko

Pemkot Solo kemudian mengarahkan Irul untuk membuat mural di kawasan Jl Gatot Subroto. “Jadilah waktu itu Pak Rudy melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo [Disbudpar] memberikan izin dan ada bantuan. Awalnya kami meminta di seluruh Jl Slamet Riyadi, tetapi kemudian diarahkan ke Jl Gatot Subroto,” terang Irul.

Meskipun mendapatkan persetujuan dari Wali Kota Solo, langkah selanjutnya tidaklah mudah karena banyak pemilik toko di sekitar Koridor Gatsu-Ngarsopuro Solo yang menolak ide ini dengan berbagai alasan.

“Ada yang menolak karena di pintu tokonya sudah ada iklan, ada juga yang khawatir desainnya enggak bagus dan malah bikin tokonya jelek,” kenang Irul.

Namun, menurut pria lulusan Institut Seni (ISI) Kota Solo ini, dengan komunikasi yang baik dari FX Hadi Rudyatmo kepada para pemilik toko di sekitar Jl Gatot Subroto, Irul kemudian diizinkan untuk membuat mural. “Jadilah itu momen Solo is Solo pertama 2017, menggandeng 40 seniman mural di Solo untuk berkarya di sana,” terang Irul.

Ketika membuat mural, para pemilik toko juga diikutkan membuat konsep, sehingga bisa menyesuaikan apa yang diinginkan para seniman dan pemilik toko tersebut.

“Kami komunikasikan desainnya seperti apa, kami bahas bersama pemilik tokonya baru kami gambar dan memang ada beberapa ide yang malah itu dari pemilik toko yang meminta. Seperti ada toko jam yang awalnya mau dibuat mural dengan tema wajah pemilik tokonya, tapi ternyata pemilik toko minta digambar penemu jam di depan tokonya,” ujarnya.

Penentuan tema mural yang akan dibuat sangat tergantung dari keinginan sang seniman. “Jadi kalau tema enggak ada yang berurutan, semua tergantung senimannya mau bagaimana. Tergantung juga saat itu ada kejadian apa,” tambah Irul.

Irul juga menjelaskan kualitas cat yang digunakan juga menjadi alasan mengapa mural di koridor Gatsu-Ngarsopuro sangat apik dan berkarakter. “Bukan hanya temanya, cat yang digunakan itu yang kelas premium,” tambah Irul.

Mural di Gang-Gang Kampung

Pembuatan mural di Koridor Gatsu-Ngarsopuro Solo yang berlangsung mulai September sampai Desember 2022 itu menghabiskan 200 kaleng, 30 galon, dan ratusan cat semprot. “Jadi warna hasil muralnya bisa bertahan lama sekitar lima tahun, meskipun biasanya per dua tahun ada yang kami ubah desainnya,” katanya.

mural gatsu-ngarsopuro solo
Para seniman Solo Is Solo mulai menggarap mural di salah satu gang kampung sekitar Koridor Gatsu-Ngarsopuro, Solo, Senin (9/1/2023). (Solopos/Gigih Windar Pratama)

Tak hanya koridor Gatsu-Ngarsopuro, Irul dan anggota Solo is Solo yang saat ini berjumlah 100-an seniman kini juga sibuk mengerjakan mural di gang-gang di sekitar koridor tersebut.

“Kami diminta membuat mural di sepanjang koridor sampai di bagian dalam gang-gang sekitarnya sama [Kementerian PUPR]. Mengenai bujetnya yang penting itu bagi kami cukup buat beli cat, konsumsi atau pernik-pernik untuk membuat muralnya lebih hidup,” jelas Irul.

Harapan Irul sederhana, yakni koridor Gatsu-Ngarsopuro bisa menjadi destinasi yang lebih menarik dan hidup. “Di sini banyak bangunan dan gedung-gedung yang menurut kami para seniman, menarik karena menawarkan nilai-nilai urbanis yang bisa menjadi objek wisata. Kalau dilihat belum ada di Indonesia, bangunan-bangunan seperti itu ada mural yang cukup tinggi, jadi kesannya memberikan tema tersendiri,” urainya.

Namun, Irul menambahkan ada keinginan yang belum terwujud di koridor Gatsu-Ngarsopuro, yakni adanya penerangan yang lebih untuk bisa melihat karya mural di malam hari. Selain itu, ia berharap adanya wadah untuk para seniman bisa berjualan di sekitar koridor Gatsu-Ngarsopuro.

“Koridor Gatsu-Ngarsopuro itu ibaratnya untuk memperkenalkan hasil karya dari para seniman, jadi mungkin ke depan ada wadahnya untuk para seniman yang turut serta agar bisa memajang karyanya di sana,” terangnya.

Sebelumnya, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan koridor Gatsu-Ngarsopuro akan dikembangkan menjadi ikon wisata malam yang memadukan unsur seni, budaya, dan kuliner. Warga bisa menongkrong menikmati karya para seniman sekaligus kulineran pada malam hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya