SOLOPOS.COM - Ilustrasi suasana keseharian di Jepang. (youtube)

Solopos.com, KARANGANYAR — Bagi warga perantau di luar negeri, menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan tentu terasa berbeda dibandingkan di Indonesia. Jika di kampung halaman mereka sahur dan berbuka bersama keluarga, di perantauan mereka melakukannya sendirian atau bersama teman.

Soal makanan sahur atau buka puasa mereka tetap memilih menu khas Indonesia karena sesuai lidah dibandingkan dengan makanan lokal di negara tersebut.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Untuk mendapatkan bahan-bahan makanan khas Indonesia ini, para perantau harus mencari di toko Indonesia di sekitar mereka jika ada.  Jika tak ada, hrus membelinya secara online.

Pengalaman berpuasa Ramadan di luar negeri dirasakan Novi Lestari, warga Desa Pendem, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Saat ini ia bekerja sebagai pengasuh anak di Kota Taichung, Taiwan.

Baca Juga: Kampung Ramadan Makamhaji Meriah, Ada Lomba Hias Kampung hingga Galon

Selama selama Ramadan, ia biasa sahur dan buka puasa sendirian di rumah majikan. “Kalau sahur atau buka saya sendirian. Keluarga majikan saya tidak berpusan karena beragama Katolik. Saya biasanya bangun jam 02.00 WIB lalu turun ke dapur dan memasak bahan-bahan instan yang sudah disediakan. Majikan saya orang baik dan menghormati saya sebagai muslim, mereka membelikan saya bahan makanan yang tidak mengandung babi,” ujarnya, Senin (18/4/2022).

Namun sesekali Novi pun ingin makan makanan khas Indonesia seperti aneka sayuran, tempe, tahu, sambal dan sebagainya. Untuk mendapatkan bahan makanan itu ia bisa membeli dengan mudah di toko Indonesia yang ada di kawasan tempat ia tinggal.

“Di sana menjual bahan-bahan makanan dan keperluan yang biasanya dibutuhkan orang Indonesia. Banyak orang Indonesia di sana yang juga belanja di toko itu,” imbuhnya.

Perantau asal Karanganyar lainnya yang bekerja di salah satu pabrik di Kota Zhongli, Taiwan, Hariyanto, mengatakan hal senada. Mereka cukup beruntung karena banyak toko Indonesia di kawasan sekitar mereka tinggal.

Baca Juga: Pulang Mengaji di Masjid Al Falah Sragen, Ojol Dapat Paket Sembako

“Hampir semua kawasan di Zhongli ada toko Indonesianya. Penjualnya biasanya memang orang Indonesia yang sudah menetap di sana. Di toko itu kami membeli makanan Indonesia yang sudah jadi atau membeli bahan-bahannya saja untuk dimasak sebagai menu sahur atau berbuka. Ada sayuran, tempe, ikan, dan lain-lain. Saya kadang beli bahan untuk sambal goreng kentang,” ujar Haryanto yang kini sudah kembali ke rumah asalnya di Desa Sewurejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.

Puasa di Jepang

Sementara itu, sejumlah perantau di Jepang mengatakan mendapatkan bahan-bahan makanan khas Indonesia dengan cara memesan secara online di toko Indonesia di sana.

Andiku Santoso, warga asal Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, yang kini berada di Kota Toyama, Jepang mengatakan sering memesan bakso beku atau bahan soto secara online dari toko Indonesia.

“Kalau lagi kepingin buka atau sahur dengan bakso biasanya saya pesan-antar. Lalu saya masak bareng teman-teman di tempat tinggal kami,” ujarnya.

Baca Juga: Saat Ibu-Ibu Muda Sragen Wetan Mendadak Buka Lapak Takjil, Hasilnya…

Perantau di Jepang lainnya, Taufik Tri Widianto, mengatakan sering memesan bahan makanan seperti terasi dan cabai untuk membuat sambal.

“Tinggal pesan bahan-bahannya secara online ke toko yang menjual bahan makanan Indonesia, nanti diantar. Misalnya pas buka puasa ingin bikin sambal tinggal pesan cabai dan terasi saja. Untuk minyak, garam, dan bahan lain sudah ada di rumah,” ujar warga Jatipuro, Kabupaten Karanganyar ini yang sekarang bekerja di Kota Tokyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya