Soloraya
Rabu, 5 Mei 2021 - 16:15 WIB

Cerita Unik Siswa Asal Papua di Sragen, Tak Cocok Makan Nasi Tumpang

Muh Khodiq Duhri  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nasi sambal tumpang di warung Bu Wardi di Pecing, Sragen. (Solopos/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN -- Nasi sambal tumpang merupakan salah satu kuliner tradisional yang cukup populer di Bumi Sukowati. Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, bahkan sudah menetapkan nasi sambal tumpang sebagai ikon kuliner di Sragen.

Di Sragen, cukup banyak warung makan yang menjual nasi sambal tumpang. Itu menunjukkan bila kuliner itu cukup banyak digandrungi oleh warga. Namun, bagi warga dari luar Sragen, nasi sambal tumpang yang terbuat dari bahan baku tempe semangit itu bisa jadi menu kuliner yang dihindari.

Advertisement

Hal ini seperti yang dialami Metodius, 18, remaja asal Kabupaten Asmat, Papua, yang sudah dua tahun lebih tinggal di Sragen. Metodius tercatat sebagai siswa Program Keahlian Agronomi Pertanian SMKN 1 Kedawung.

Baca Juga: Pemkab Pemalang Perbaiki Akses ke TPI Tanjungsari

“Pas awal pertama di sini agak susah cari makanan yang cocok. Saya butuh adaptasi selama beberapa bulan. Pernah saya coba makan nasi [sambal] tumpang, saya malah muntah. Mungkin karena cukup pedas, saya juga sampai sakit perut selama sepekan,” ujar Metodius kala berbincang dengan Solopos.com di Mapolres Sragen, Rabu (5/5/2021).

Advertisement

Total ada tujuh siswa asal Papua yang belajar di SMKN 1 Kedawung. Lima di antaranya tinggal di asrama, sementara dua lainnya indekos di rumah warga. Diakui Metodius, saat ini sudah bisa beradaptasi dengan kuliner lokal Sragen seperti tempe, tahu hingga sayur-sayuran.

Ada kalanya ia kangen dengan sagu, ulat sagu, atau makanan serba ikan dari lautan. “Di sana ulat sagu itu makanan sehari-hari. Kalau tidak, kami biasa menyantap ikan laut bakar. Sayang di sini jauh dari lautan,” ucapnya.

Selama lebih dua tahun tinggal di Sragen, Metodius terkesan dengan sikap warga setempat yang ramah. Ia merasa tidak pernah mendapat perlakuan kasar atau rasis dari warga Sragen. “Ramah, puji Tuhan baik-baik semua. Tergantung bagaimana kita bergaul dengan mereka. Semua baik, kecuali saat bercanda,” seloroh Metodius.

Advertisement

Baca Juga: China Berminat Beli Sarang Burung Walet Indonesia Senilai Rp16 Triliun

Pagi itu, tujuh siswa SMKN 1 Kedawung Sragen menerima surat izin mengemudi (SIM) C dari Polres Sragen. Tujuh siswa asal Papua itu telah diangkat Kapolres Sragen, AKBP Yuswanto Ardi sebagai anak asuh. Kepada tujuh siswa itu, Kapolres berpesan supaya mereka menjadikan polisi bukan sekadar teman atau sahabat, tetapi orang tua.

“Kalau ada apa-apa, silakan lapor ke kami sebagai orang tua sendiri. Hubungan kita sudah bapak dan anak. Jadi, kita adalah orang tua kalian di sini,” papar Kapolres.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif