Soloraya
Senin, 1 April 2024 - 17:22 WIB

Cetak Kader Ulama, 83 Santri MA Dimsa Sragen Jajaki Dakwah Lintas Provinsi

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Santri Madrasah Aliyah (MA) Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen (Dimsa). (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Melahirkan kader ulama yang bertakwa, berjiwa leadership dan berwawasan global menjadi visi Madrasah Aliyah (MA) Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen (Dimsa). Madrasah di bawah naungan Pondok Pesantren (Ponpes) Dimsa itu baru berdiri pada 2022 lalu tetapi sudah memiliki 83 santri laki-laki dan perempuan. Lokasi MA Dimsa berada di Kampung Pringan RT 002, Kelurahan Karangtengah, Sragen

Para santrinya tak hanya digembleng tentang ilmu-ilmu agama tetapi juga dipraktikkan melalui Program Syiar Dakwah Ramadan 2024. Program ini dihelat selama delapan hari terhitung sejak Minggu (24/3/2024) sampai Minggu (31/3/2024) lalu.

Advertisement

Sebanyak 83 santri tersebut dibagi ke dalam 14 kelompok, yaitu tujuh kelompok santri putra dan tujuh kelompok santri putri. Setiap klompok rata-rata beranggotanya enam orang. Mereka ditugaskan di wilayah Kabupaten Sragen bahkan sampai lintas Provinsi Jawa Timur (Jatim) dalam program dakwah santri tersebut.

Setiap kelompok wajib mencari masjid dan sekolah sebagai basis program dakwah mereka. Selama delapan hari itu, mereka mengisi kuliah tujuh menit (kultum) di masjid dan musala sasaran. Mereka juga bertugas mengisi pesantren kilat di sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) dan mengajar mengaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak di lingkungan lokasi tugas mereka.

Advertisement

Setiap kelompok wajib mencari masjid dan sekolah sebagai basis program dakwah mereka. Selama delapan hari itu, mereka mengisi kuliah tujuh menit (kultum) di masjid dan musala sasaran. Mereka juga bertugas mengisi pesantren kilat di sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) dan mengajar mengaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak di lingkungan lokasi tugas mereka.

Seperti yang dilakukan Frisa Cadela Arasih, santriwati Kelas XI-B yang ditugaskan bersama kelima temannya di Dukuh Ngipik, Desa Ngrambe, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Selama di dukuh itu, Frisa mendapatkan pengalaman luar biasa saat mengajar anak SD hingga TPA.

Frisa Cadela Arasih. (Istimewa)

“Mengajar anak itu butuh tantangan bagaimana anak tidak bosan sehingga dikemas dengan metode yang menyenangkan tetapi ilmu yang disampaikan kena. Kami memahami betul kondisi anak saat belajar,” ujar Frisa saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (1/4/2024).

Advertisement

“Tahun lalu di Trombol, Mondokan, Sragen. Saat itu, kami membuat TPA di musala karena sudah vakum lama. Berbeda dengan di Ngrambe, kami mengajar di SD dan mengaji di musala dan masjid. Tak ada kesulitan yang berarti karena lokasi dakwahnya merupakan daerah asal saya,” jelas Frisa.

Pengalaman berbeda diungkapkan Nabil Makarim, santri Kelas XI-A asal Dukuh Winong, Desa Patihan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen. Nabil bersama timnya mendapat tugas berdakwah di Dukuh Pendawa, Desa Pocol, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

“Kami berenam. Tiga anak dari Kelas XI dan tiga lainnya dari Kelas X. Awalnya kami menembusi takmir masjid untuk bisa mengisi kultum saat seusai salat. Kesulitannya hanya di transportasi karena hanya ada dua motor dan medannya berbukit,” ujar Nabil.

Advertisement
Santri Madrasah Aliyah (MA) Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen (Dimsa). (Istimewa)

Timnya mengajar di SD dan MI yang jaraknya cukup jauh dari rumah mereka. Jarak ke SD sejauh 2 km dengan jalanan menurun dan lokasi MI hanya 1 km tetapi medannya naik. Mengajar di SD/MI dilaksanakan pagi hari, sore hari mengajar TPA, dan malam harinya tarawih serta tadarus bersama. Nabil dan temannya juga mendapat giliran mengiri kultum dan menjadi imam Salat Tarawih.

Hal senada juga dialami Irsyad Hammam Muhammad, santri Kelas XI-A, asal Macanan, Kebakkramat, Karanganyar, yang ditugaskan di Dukuh Tlobongan, Desa Bentak, Sidoharjo, Sragen. Irsyad dan temannya bisa mengisi kultum di empat musala dan satu masjid di dukuh itu. Mereka juga mengajar agama islam di SDN 2 Bentak, Sidoharjo, Sragen. Setiap santri menjadi wali kelas untuk Kelas I-VI dan digilir setiap hari.

Generasi Hebat

Ketua RT 001, Dukuh Ngipik, Desa Ngrambe, Kecamatan Ngrambe, Ngawi, Jatim, Choiril Anwar, berterima kasih banyak kepada para santri yang sudah memberi ilmu di lingkungan Dukuh Ngipik.

Advertisement

“Kami bangga, senang, karena ada generasi-generai hebat. Kami berharap mereka bisa menggantikan generasi tua dan menjadi harapan orang tua dan masyarakat. Terus belajar, belajar, dan belajar mencari bekal sebanyak-banyaknya,” katanya.

Ketua Takmir Masjid Nurul Huda, Ngrambe, Sine, Ngawi, Nasikun, berterima kasih kepada Ponpes Dimsa yang telah mempercayakan masjid Nurul Huda menjadi lokasi syiar dakwah Ramadan. “Kami bangga dengan kemampuan santri MA Dimsa. Usia muda, mampu berkomunikasi dengan lingkungan, bahkan memberi kultum luar biasa. Mereka sabar mendampingi anak-anak TPA mengaji. Para ibu di Ngrambe berharap kepada para santri ada kegiatan lain di Ngrambe,” ujarnya.

Kepala SDN 2 Bentak, Sidoharjo, Sragen, Widodo, juga berterima kasih kepada para santri yang mengabdi ke masyarakat dalam program Syiar Dakwah Ramadan di Desa Bentak. Dia berharap pada kegiatan berikutnya, SDN 2 Bentak dapat menjadi lokasi sasaran pada program berikutnya.

Kepala MA Dimsa Sragen, Fuad Ibrahim, menyampaikan para santri yang diterjunkan ke desa-desa itu diberangkatkan mulai Minggu-Minggu (24-31/3/2024).

“Para santri itu tinggal di desa-desa itu dan berinteraksi dengan warga. Mereka mengisi kultum di masjid/musala dan mengajar di SD atau MI. Ada sebagian dari mereka yang bisa mengisi kultum 4-5 kali di masjid-masjid yang berbeda. Program ini dilaksanakan sejak 2023 dengan tujuan agar santri memiliki pengalaman berinteraksi dengan masyarakat langsung,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif