SOLOPOS.COM - Mobil dan sepeda motor milik pengunjung car free day (CFD) terparkir di kawasan jalur lambat Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (20/12/2015). Warga mengeluhkan banyaknya kendaraan yang parkir sembarangan di jalur lambat saat CFD karena mengakibatkan kemacetan. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

CFD Slamet Riyadi Solo, kantong parkir yang disediakan untuk CFD tak lagi mampu menampung kendaraan pengunjung.

Solopos.com, SOLO–Sebanyak 16 kantong parkir kendaraan car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi sudah tidak mampu menampung luberan pengunjung. Akibatnya banyak di antara pengunjung arena bebas polusi tersebut yang memarkir kendaraannya di jalur darurat.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pantauan Solopos.com, Minggu (20/12/2015) pagi, parkir dadakan di jalur lambat yang semestinya digunakan untuk jalur darurat didominasi sepeda motor. Selain sepeda motor, terdapat mobil  hingga truk pedagang dan pendukung kegiatan CFD. Akibatnya perjalanan warga yang ingin melintas di jalur steril terhambat ratusan kendaraan yang parkir tidak semestinya.

Salah seorang pengunjung CFD Jl. Slamet Riyadi, Adi Martanto, 33, mengeluhkan kondisi jalur lambat yang sekarang sesak parkir kendaraan.

“Harusnya di sini clear agar bisa dimanfaatkan untuk lalu lintas darurat pengunjung. Nyatanya banyak yang parkir sembarangan dan bikin macet tapi dibiarkan saja oleh petugas,” terangnya saat ditemui, Minggu pagi.

Warga Turisari, Banjarsari ini mengungkapkan sulitnya mencari tempat parkir yang representatif di CFD beberapa waktu terakhir. “Cari parkir di jalan-jalan itu sudah susah sekali. Kalaupun ada di ujung, jalannya cukup jauh. Makanya banyak yang pilih parkir sembarangan,” ujarnya.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, Yosca Herman Soedrajat, mengakui sejak diresmikan 2010 lalu, jumlah pengunjung arena CFD terus mengalami lonjakan. “CFD dulu dikunjungi 10.000 orang. Saat ini kalau ramai bisa sampai 100.000 orang yang datang ke sini. Padahal paling tidak separuh pengunjung bawa kendaraan ke sini. Parkir sudah overload,” katanya.

Herman, sapaan akrabnya, menyebutkan jumlah kendaraan yang mampu tertampung di 16 kantong parkir arena bebas kendaraan sepanjang 3,8 kilometer itu hanya 10%. “Paling tidak 10% sudah kami tampung. Tapi karena jumlah pengunjungnya banyak, sebagian warga banyak yang ngeyel parkir di jalur steril,” paparnya.

Tingginya pelanggaran kendaraan yang parkir sembarangan di jalur steril, dikatakan Herman, karena rendahnya kesadaran warga mematuhi aturan. Hal itu didukung minimnya penegakan hukum bagi pelanggar aturan tersebut.

“Sebenarnya pengunjung sudah tahu, area jalur lambat itu steril untuk keadaan darurat. Tapi tetap saja banyak yang ngeyel parkir di situ. Padahal jalur tersebut difungsikan kalau sewaktu-waktu ada kecelakaan, bisa lewat situ. Kalau mau ditutup rapat juga enggak mungkin karena jalur darurat juga digunakan akses beberapa perkantoran dan toko di Jl. Slamet Riyadi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya