Soloraya
Minggu, 11 Mei 2014 - 15:31 WIB

CFD SOLO : Yuk Minum Jamu! Ada 1.700 Tanaman Obat Indonesia

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Parade tanaman obat saat Deklarasi Hari Minum Jamu Nusantara dan Gerakan Menanam Tanaman Obat di car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (11/5/2014). Deklarasi tersebut sebagai ajakan untuk meminum, menanam, dan mengenalkan kembali jenis tanaman obat. (JIBI/Solopos/Septian Ade Mahendra)

Solopos.com, SOLO—Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (Aspetri) Solo mengatakan ada banyak tanaman di sekitar lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Sayangnya, rata-rata masyarakat masih kurang ngeh dengan keberadaan tanaman tersebut.

Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo (menunjuk) turut hadir saat Deklarasi Hari Minum Jamu Nusantara dan Gerakan Menanam Tanaman Obat di car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi, Solo, Minggu (11/5/2014). Deklarasi tersebut sebagai ajakan untuk meminum, menanam, dan mengenalkan kembali jenis tanaman obat. (JIBI/Solopos/Septian Ade Mahendra)

Advertisement

“Ada sekitar 1.700 jenis tanaman obat yang ada di Indonesia, mayoritas di antaranya bahkan dapat ditemui di sekitar kita,” ujar Ketua Cabang Aspetri Solo, Surahman Purnomo, saat ditemui wartawan di acara Deklarasi Hari Minum Jamu Nusantara dan Gerakan Menanam Tanaman Obat di car free day Jl. Slamet Riyadi, Minggu (11/5/2014).

Lelaki yang akrab disapa Maman ini mengatakan daun sambiloto, daun dewa, lidah buaya hingga dandang gendis merupakan tanaman yang lazim dikenal untuk pengobatan. Namun, tak sedikit pula tanaman hias yang berfungsi serupa tapi belum diketahui masyarakat.

Tanaman itu di antaranya ophiopogon, sellaginella, binahong dan tapak dara. Deretan tanaman ini cukup sering ditemui di lingkungan perumahan hingga perkantoran. “Ophiopogon bisa diolah untuk obat batuk dan muntah, tapak dara untuk leukimia. Sellaginella bahkan bisa untuk anti kanker,” urai dia.

Advertisement

Menurut Maman, tanaman obat dapat dimanfaatkan langsung atau diolah menjadi jamu sesuai jenis penyakit. Hanya, ada ketentuan yang harus diperhatikan saat mengolah tanaman tersebut. Pihaknya sudah melakukan pendekatan dengan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo terkait pengenalan dan pengembangan tanaman obat di masyarakat.

Namun hingga sekarang pendekatannya belum direspons. “Kami ingin ada semacam riset tanaman obat seperti yang banyak dilakukan di Jakarta dan Jawa Barat. Sehingga ke depan masyarakat punya panduan yang sahih untuk mengolah tanaman herbal sebagai pendamping pengobatan medis.”

Ketua panitia deklarasi, Gus Minging, mengatakan pengobatan herbal merupakan warisan leluhur yang mesti dilestarikan. Ia mengatakan sudah saatnya warga mengembangkan tanaman herbal di lingkungannya sendiri. Menurutnya, tanaman obat dapat ditanam menggunakan pot atau media vertikultur. “Tanaman herbal bisa jadi pertolongan pertama saat terkena penyakit,” kata dia.

Advertisement

Dalam kesempatan itu, khasiat jamu tradisional juga dikampanyekan kepada warga CFD. Kampanye berupa gerakan minum jamu bersama dan pembentangan spanduk. Menurut Wali Kota, F.X. Hadi Rudyatmo, perlu adanya ilmu dan sosialisasi yang intens bagi warga untuk mengolah tanaman herbal menjadi jamu. “Kegiatan ini jangan sekadar menguntungkan industri jamu, tapi harus benar-benar memberdayakan masyarakat.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif