Soloraya
Selasa, 20 Agustus 2013 - 06:51 WIB

CHIKUNGUNYA : 36 Warga Boyolali Terserang Chikungunya

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi fogging (JIBI/Solopos/Dok.)

Ilustrasi Fogging (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Selain mengantisipasi merebaknya kasus penyakit demam berdarah (DB), jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Boyolali juga menanggulangi meluasnya kasus penyakit chikungunya.

Advertisement

Sebab dalam dua bulan terakhir ini, yaitu Juli-Agustus 2013, tercatat ada 36 warga Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali, yang dilaporkan terserang penyakit chikungunya.

Kepala UPT Puskesmas II Boyolali, drg Agustin Andayani, saat dimintai konfirmasi, membenarkan adanya kasus penyakit chikungunya yang menyerang puluhan warga Kelurahan Pulisen tersebut. Dikemukakan dia, laporan tentang merebaknya kasus penyakit itu diterima Puskesmas II Boyolali mulai Juli.

“Jumlah total penderita ada 36 warga di RT 006/RW 010, Kelurahan Pulisen. Kasus terakhir kami terima laporannya 13 Agustus lalu. Namun rata-rata penderita ditangani langsung di rumah sakit atau dokter swasta, ada yang di Puskesmas juga,” ujar Agustin ketika ditemui wartawan di kantornya, Senin (19/8/2013).

Advertisement

Menindaklanjuti laporan tersebut, Agustin mengatakan pihaknya langsung mendata dan memantau kondisi para penderita. Selain itu, pihaknya bersama tim Dinkes Boyolali melakukan pengasapan atau fogging dan abatisasi atau pembagian abate kepada warga setempat. “Rata-rata saat ini kondisi pasien sudah sembuh dan membaik. Sebelum kasus itu merebak, kami juga sudah mengadakan penyuluhan kepada masyarakat untuk mengantispasi DB atau chikungunya,” imbuh dia.

Diakuinya, Kelurahan Pulisen tercatat merupakan daerah endemis chikungunya, di samping juga endemis DB.  Terpisah, Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Boyolali, Edy Siswanto, menyampaikan hal senada. Menurut dia, pencegahan penularan penyakit DB maupun chikungunya salah satunya adalah dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melakukan gerakan pembasmian sarang nyamuk (PSN), disertai pemeriksaaan jentik secara berkala oleh kader. “Utamanya agar masyarakat terus menggalakkan 3M [menguras, menutup dan mengubur] plus dan PHBS [pola hidup bersih dan sehat],” katanya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif