SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

WONOGIRI—Seorang siswa SDN 3 Wonogiri, Zahra Lutfiyyah, 9, meninggal dunia karena serangan demam berdarah (DB), Jumat (25/1/2013). Sementara itu, tidak kurang dari 20 warga Paranggupito dilaporkan terserang chikungkunya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Informasi yang diperoleh Espos, korban DB yang masih duduk di kelas III itu meninggal dunia setelah dua hari menjalani perawatan intensif di RS PKU Muhammadiyah Selogiri. Ayah Zahra, Purnomo, mengatakan semula anak keduanya menunjukkan gejala demam tinggi, Rabu (23/1/2013).

Warga Lingkungan Kajen RT 003/RW 010 Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri ini kemudian membawa putrinya ke RS PKU Muhammadiyah Selogiri dan langsung mendapatkan perawatan. Pengobatan yang diberikan pihak RS tampak membawa hasil, Zahra bisa tidur.

Namun, pada Kamis (24/1/2013) siang, Zahra kembali mengalami demam tinggi sampai menggigil. Demam tinggi tersebut dibarengi keluarnya darah dari hidung. “Kondisinya terus begitu sampai Jumat pagi [meninggal dunia],” ungkap Purnomo, saat ditemui wartawan, di kediamannya, Jumat.

Selain korban meninggal dunia, DB juga diduga menyerang warga Lingkungan Pencil RT 002/RW 010 Kelurahan Wuryorejo, Kecamatan Wonogiri, Damar, 18. Jumat siang, Damar dibawa ke RSUD dr Soediran Mangun Sumarso (SMS) Wonogiri dan dirawat di ruang ICU.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri, dr Widodo, saat dimintai konfirmasi Jumat, membenarkan Zahra meninggal dunia karena DB. Dia mengatakan telah mengonfirmasi perihal kematian siswa SD tersebut kepada pihak RS.

Selanjutnya, lewat pemeriksaan epidemiologi (PE), dia memastikan akan diselidiki penyebab penyakit itu, apakah karena kondisi lingkungan atau memang kondisi tubuh korban yang lemah sementara penyakitnya ganas.

Sedangkan mengenai dugaan DB terhadap Damar, Widodo belum bisa memberi kepastian. Dia mengaku belum mendengar kabar tersebut dan baru akan meminta jajarannya untuk mengecek ke RSUD. Jika memang benar, dia memastikan akan secepatnya melakukan tindakan antisipasi. Dengan adanya dua kasus tersebut maka sepanjang 2013, di Wonogiri sudah terjadi sembilan kasus DB dengan satu orang meninggal dunia. Sedangkan selama 2012 ada 13 kasus DB dan tiga orang meninggal dunia.

Widodo menegaskan dengan adanya korban meninggal dunia karena DB, warga diminta melakukan langkah antisipasi. Tidak hanya untuk DB tetapi juga penyakit lainnya yang disebabkan nyamuk seperti chikungunya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Espos, sedikitnya 20 warga Dusun Glagahombo, Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, dilaporkan menunjukkan gejala terserang chikungunya selama tiga hari terakhir. Sumber penyakit diduga dari bak penampung air hujan yang banyak ditemukan di dusun itu.

Kepala Puskesmas Paranggupito, dr Setyawati, saat dihubungi Espos, Jumat, menjelaskan warga mulai mengeluhkan gejala tubuh lemas dan persendian ngilu, Rabu. Untungnya, Setyawati menyebut gejala yang dialami warga belum terlalu parah sehingga cukup dilakukan rawat jalan. “Totalnya ada 20 kasus di dusun yang sama. Semuanya rawat jalan sudah cukup,” terang Setyawati.

Menurut Kepala Desa (Kades) Gendayakan, Sriyanto, warga yang mengalami chikungunya semuanya orang dewasa. Sebagian justru warga berusia produktif, antara 30 tahun sampai 40 tahun. Sriyanto menceritakan di dusun itu sebagian besar warga memang terbiasa merantau selama 3-4 hari setiap pekan untuk berjualan di luar daerah mereka. Lantaran itu, dia menduga penyakit chikungunya dibawa para perantau yang terjangkiti pengakit itu saat mencari nafkah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya