SOLOPOS.COM - Nyamuk Aedes Aegypti jenis inilah yang menyebarkan penyakit chikungunya dan DBD lewat gigitan pada manusia. (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN—Warga Dukuh Patoman RW 005, Desa Kedungampel, Kecamatan Cawas, Klaten, dikagetkan dengan serangan chikungunya yang dialami secara bertahap sejak pekan pertama Desember 2021. Tak tanggung-tanggung, 47 warga mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa pernah merasakan diserang chikungunya.

Dukuh Patoman, Desa Kedungampel, Kecamatan Cawas berbatasan dengan sawah. Dukuh Patoman RW 005 terdiri dari dua RT, yakni RT 001 dan RT 002. Total penduduk di RW 005 kurang lebih mencapai 130 jiwa.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Serangan chikungunya di Dukuh Patoman termasuk relatif cepat. Di antara warga yang diserang itu, yakni Sunaryono, 62, selaku ketua RT 001. Sunaryono diserang chikungunya sejak dua pekan lalu. Meski sudah mendingan, Sunaryono masih merasakan rasa nyeri di persendian.

Baca Juga: Wong Klaten Jadi Suporter PSS Sleman dan PSIM Jogja, Itu dari Hati…

“Awalnya itu, saya demam tinggi dan enggak bisa berdiri. Dalam satu hari, saya merasakan sakit sekali. Perut mual tapi enggak bisa muntah. Kalau makan rasanya pahit. Selama 11 hari, saya makan bubur. Selain saya, istri saya juga kena,” kata Sunaryono, saat ditemui Solopos.com, di Dukuh Patoman, Desa Kedungampel, Kecamatan Cawas, Rabu (22/12/2021).

Ketua RW 005 Dukuh Patoman, Desa Kedungampel, Kecamatan Cawas, Saimin, juga merasakan hal yang sama. Bedanya, dia segera sembuh dalam tempo tiga hari. “Rasanya sakit sekali. Kebetulan, saya hanya tiga hari. Saya tergolong cepat sembuhnya,” katanya.

Salah seorang warga di Dukuh Patoman, Desa Kedungampel, Kecamatan Cawas, Surip, 53, mengaku mulai diserang chikungunya dalam waktu satu pekan terakhir. Di hari pertama terserang chikungunya, dirinya mengalami panas dingin dan rasa sakit luar biasa di persendian. Waktu itu, dirinya sempat tak bisa berdiri. Saat pergi ke kamar kecil, dirinya pun terpaksa merangkak.

Baca Juga: Kasus Penggemukan Sapi Wonogiri, Usaha Berhenti setelah 3 Kali Panen

“Di hari ketiga, saya coba untuk beraktivitas di sawah. Setelah itu, saya ngglempang lagi. Saya enggak kuat lagi. Sampai sekarang, rasa nyeri itu masih saya rasakan. Tapi, tanaman padi saya sudah saatnya disemprot karena rumputnya sudah banyak [tanaman padi berusia 20 hari di atas lahan 1.600 meter persegi]. Saya terpaksa nekat nyemprot ke sawah,” katanya.

Salah seorang warga Dukuh Patoman, Desa Kedungampel, Kecamatan Cawas lainnya, yakni Tumirin, 47, mengatakan serangan chikungunya tidak mematikan tapi dapat melumpuhkan sesaat ke warga yang terserang penyakit tersebut.

“Makan itu rasanya tidak enak. Bayangkan saja, buah kelengkeng itu kan mestinya rasanya manis. Saat sakit [chikungunya], buah kelengkeng itu rasanya pahit sewaktu saya memakannya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya