SOLOPOS.COM - Ilustrasi

nyamuk chikungunyaSolopos.com, WONOGIRI — Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri mencatat ada 310 kasus chikungunya yang terjadi di Wonogiri sepanjang Januari sampai awal Agustus 2013. Kasus tahun ini mencapai hampir tiga kali lipat dibandingkan total kejadian sepanjang 2012 yang hanya 110 kasus.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Suprio Heryanto, mewakili Kepala DKK Wonogiri, Widodo, mengakui kasus chikungunya tahun 2013 memang jauh melebihi tahun lalu. Sepanjang Januari sampai awal Agustus 2013, terjadi 310 kasus chikungunya yang tersebar di delapan kecamatan, yakni Pracimantoro, Jatisrono, Giritontro, Paranggupito, Giriwoyo, Eromoko, Wuryantoro, dan Wonogiri. Kejadian terakhir menimpa 18 warga Kerdukepik, Kelurahan Giripurwo, awal Agustus lalu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Selain jumlah kasusnya bertambah, tahun ini kejadian chikungunya mulai merambah Kecamatan Wonogiri. Biasanya hanya kecamatan di luar pusat kota saja yang ada kejadian chikungunya. Memang banyak sekali kejadian tahun ini,” beber Suprio, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Senin (19/8/2013).

Dia memberi gambaran tahun 2012 silam, hanya terjadi 110 kasus chikungunya di Kota Gaplek. Jumlah itu tersebar di tiga kecamatan, yakni Ngadirojo, Jatisrono, dan Selogiri. Menurut Suprio, tren meningkatnya kasus chikungunya menunjukkan kurangnya kepedulian masyarakat untuk menjaga kebersihan, khususnya di area luar rumah. Dia menerangkan nyamuk penyebar chikungunya berbeda dengan demam berdarah.

Meski sama-sama hidup di air, nyamuk chikungunya hidup dan berkembang biak di luar rumah, seperti di potongan bambu, kaleng bekas, tempurung kelapa, dan ban bekas yang bisa menampung air hujan. Untuk itu, Suprio menegaskan lingkungan sekitar rumah harus dijaga tetap bersih.

Lebih jauh, dia menambahkan untuk mengantisipasi kondisi tersebut, pihaknya akan terus mendorong upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di Wonogiri, khususnya di kecamatan langganan chikungunya seperti Jatisrono.

“Semestinya tidak perlu diingatkan terus, ini kesadaran. Walaupun chikungunya itu tidak mematikan karena penderita akan sembuh dengan sendirinya, tapi bisa mengurangi produktivitas. Dampaknya, masyarakat sendiri yang rugi,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya