Soloraya
Jumat, 11 November 2022 - 19:01 WIB

Cikal Bakal Museum Miri Sragen, Ternyata Rumah Dinas Kepala Sekolah

Galih Aprilia Wibowo  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Museum Miri yang berada di Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen. Foto diambil Jumat (10/11/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN — Tak banyak yang tahu bahwa di Sragen terdapat sebuah museum unik yang berada di lingkungan sekolah. Namanya  Museum Miri yang berada di Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Sragen.

Bangunannya terletak di utara SDN 1 Girimargo. Di depan museum terdapat sebuah gazebo kecil, serta beberapa pohon yang membuat suasana semakin sejuk.

Advertisement

Penjaga Museum Miri, Jumadi, mengatakan bahwa museum ini menyimpan sebaran temuan benda purba di Kawasan Situs Miri, yaitu di Kedung Kancil, Kedung Cumpleng, Pancuran, dan Giren.

Pada sisi timur Kedung Kancil terhampar bedrock yang mengandung fosil akar bakau atau mangrove. Kemudian di Kedung Cumpleng yang airnya mengaliri Desa Soko pernah menjadi lokasi  penelitian pada 1988.

Advertisement

Pada sisi timur Kedung Kancil terhampar bedrock yang mengandung fosil akar bakau atau mangrove. Kemudian di Kedung Cumpleng yang airnya mengaliri Desa Soko pernah menjadi lokasi  penelitian pada 1988.

Sementara di daerah Pancuran yang juga masuk daerah Desa Soko merupakan lokasi penggalian para ahli pada 1988. Terakhir di Kali Giren yang melintasi Desa Girimargo banyak menyimpan fosil binatang.

Baca Juga: Mengenal Museum Purba Miri, Museum Daerah Pertama Pemkab Sragen

Advertisement
Penjaga Museum Miri menjelaskan tentang sebaran temuan fosil di Situs Miri di Museum Miri, Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Sragen, pada Jumat (11/10/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Renovasi dan penataaan dimulai pada 1984. Kemudian pada 1985 Museum Miri diresmikan dan dihadiri Duta Besar Prancis bersama kolega.

Sejak 2010-2018 Museum Miri menjadi mitra pendidikan bagi SDN Girimargo 1. Pada 2017 sempat dibangun gedung tambahan di Museum Miri oleh Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati.

“Dulu di Miri memang sering dilakukan penelitian oleh ahli geologi dari Museum National d’Historie Naturelle Prancis, Prof. Dr. Francois Semah dan Anne-Mari, pada 1984-1989. Penelitian tersebut mengungkapkan tiga periode yang terekam di balik proses pengangkatan Pengunungan Kendeng, yang dipublikasikan secara internasional,” terang Jumadi.

Advertisement

Baca Juga: Jejak Pantai Purba di Daratan Miri Sragen

Periode pertama, lapisan muara sungai yang sudah terbentuk sebelum terjadinya pengangkatan Pegunungan Kendeng. Kedua, lapisan yahg menggambarkan proses pengangkatan Pegunungan Kendeng menjadi seperti sekarang. Terakhir, lapisan sungai yang tertutup lahar dan pasir yang banyak mengandung fosil dan sisa tumbuhan.

“Biasanya yang datang ke sini adalah anak sekolah. Tapi saat ini museum tengah direnovasi, mungkin baru bisa pekan depan digunakan secara aktif. Untuk tiket masuk museum sendiri selama ini gratis,” ujar dia.

Advertisement

Koleksi Museum Miri

Koleksi fosil Museum Miri, di Desa Girimargo, Kecamatan Miri, Sragen, pada Jumat (11/10/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Koleksi yang dipamerkan di Museum Miri adalah fosil binatang dan tumbuhan, seperti akar tanaman bakau, fosil gajah, kerbau, dan lain-lain. Fosil-fosil itu diperkirakan berusia 1,8 juta tahun lalu.

Untuk perawatan dan penataan sendiri Jumadi mengatakan terdapat pendampingan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sragen dan dari pihak Museum Sangiran.

Baca Juga: Menanti Kepulangan Fosil Manusia Jawa dari Belanda

Museum Miri tersebut telah ditetapkan menjadi Situs Prasejarah Miri sebagai Cagar Budaya Kabupaten Sragen, No. Inv.08/MR/DISDIKBUD/2018, sesuai SK. Bupati Sragen No. 430/488/003/2018.

Sub Koordinator Cagar Budaya dan Koleksi Museum Disdikbud Sragen, Andjarwati Sri Sayekti, mengatakan Museum Miri memiliki koleksi lebih dari 819 fosil. Di samping itu, masih terdapat beberapa kotak berisi seribu koleksi yang masih dalam tahap pencatatan dokumentasi. Proses ini memerlukan konsentrasi, ketelitian, dan ketekunan.

Keberadaan Situs Miri sangat penting dalam mendukung keberadaan Situs Sangiran. Usaha pelestarian dan kelanjutan Situs Miri tetap dilakukan guna mengangkat potensi kearifan lokal.

“Museum Purba Sangiran dapat menjadi tambahan edukasi bagi siswa tentang potensi lokal yang pada gilirannya akan memupuk rasa cinta pada Bumi Sukowati,” terang Andjar sebagaiman dikutip Solopos.com dari jatengprov.go.id, pada Jumat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif