SOLOPOS.COM - sawah

(Solopos.com) – Yanto, 31, bertelanjang dada di sebuah pematang areal persawahan di tepi jalan Wonogiri–Sukoharjo di Desa Kepuh, Nguter, Rabu (2/11) pagi. Sementara di tengah-tengah persawahan, Winarno, 31, yang juga kerabat jauh Yanto terlihat bergelut sendirian dengan lumpur dan mesin traktor miliknya.

PERSIAPKAN SAWAH -- Aktivitas penyiapan lahan terlihat di persawahan Desa Kepuh, Nguter, Sukoharjo, Rabu (2/11/2011). (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Saluran Colo yang mulai dibuka kembali setelah berakhirnya masa pemeliharaan, Selasa (1/11) pagi, memberikan keduanya banyak kesibukan. Selain bertani, dua warga Dukuh Bakalan Desa Kepuh, ini memang dikenal baik oleh warga Kepuh dan desa-desa di sekitarnya sebagai operator mesin traktor.

“Bisa dikatakan saluran Colo Timur memang hidup matinya sektor pertanian di Kepuh. Kemarin satu bulan air mati tidak ada petani yang bercocok tanam. Sekarang setelah saluran Colo dibuka kami juga bisa bernapas lagi,” ungkap Yanto ketika ditemui Espos di sela-sela kesibukannya, Rabu (2/11/2011).

Kegembiraan tak hanya menjadi milik Yanto dan Winarno. Petani lain di Dukuh Kedungsari, Wiji, ikut merasakan berkah mengalirnya lagi saluran Colo. Dia menuturkan puluhan hingga ratusan hektare lahan pertanian yang sempat dibiarkan bera saat pengeringan Colo pun kini berangsur “hidup”. “Sekarang petani sibuk mengolah tanah untuk persiapan masa tanam I. Kemarin satu bulan penuh tidak bisa berbuat apa-apa karena saluran ditutup untuk pemeliharaan dan tidak ada air,” paparnya.

Meski hujan sudah mulai turun, petani di Kepuh dan desa-desa lain di wilayah Kabupaten Sukoharjo dan daerah-daerah lain menganggap penting pasokan air dari saluran Colo. Terlebih pada saat-saat awal musim penghujan dimana curah hujan belum mencukupi untuk menopang kegiatan pertanian.

Keberadaan air irigasi dari Colo disebutkan makin dibutuhkan pada saat memasuki musim tanam II. Curah hujan yang terus berkurang membuat petani hanya bisa mengandalkan oncoran sebagai atu-satunya sumber irigasi. “Yang mampu mungkin bisa dengan sumur pompa. Tapi di Bakalan kalau tidak ada oncoran dari saluran Colo lahan pertanian bisa jadi bera total,” imbuh Yanto.

Seperti diketahui, selain mengairi lahan pertanian di Sukoharjo, saluran Colo Timur dan Colo Barat menjadi sumber irigasi areal persawahan di wilayah Kabupaten Karanganyar, Sragen, Klaten, sampai Ngawi di Jawa Timur (Jatim), dengan total luasan mencapai 20.000 hektare lebih. Jumlah tersebut tidak termasuk lahan pertanian yang memanfaatkan saluran Colo dengan sistem pompanisasi. Yanto menegaskan ke depan pengelolaan Bendung Colo harus lebih berpihak kepada petani dibanding kepentingan-kepentingan lain yang justru berdampak timbulnya kerugian petani sebagai stake holder dan pemanfaat utama.

Triyono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya