SOLOPOS.COM - Ilustrasi hama wereng (Dok/JIBI)

Hama wereng. Foto: Internet

Karanganyar (Espos) — Serangan hama wereng dan virus kerdil rumput menyerang ratusan hektare tanaman padi di wilayah Bumi Intanpari, terutama di Colomadu. Kendati demikian, stok pangan hingga tiga bulan mendatang aman, bahkan mengalami surplus beras hingga 45.000 ton.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Demikian disampaikan Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Ketahanan Pangan (Distanbunhut) Siti Maesyaroch kepada wartawan belum lama ini.

Siti mengatakan sedikitnya 243 hektare  lahan pertanian di Karanganyar terserang hama wereng dan virus kerdil rumput. Sebagian besar, lanjut Siti, hama tersebut menyerang tanaman padi di wilayah Colomadu.

“Tanaman pangan baru-baru ini memang sedang berduka. Ini karena faktor iklim sehingga menyebabkan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti wereng meledak,” ujar Siti.

Siti menuturkan meledaknya hama wereng lantaran banyaknya petani yang tidak mengindahkan pola tanam. Sehingga dengan faktor cuaca ekstrem di mana hujan terus menerus menyebabkan tanaman terlalu banyak air dan membuat hama cepat berkembang biak. Dari total luas lahan pertanian di Karanganyar seluas 22.000 ha, sedikitnya ada 243 ha yang terserang hama baik wereng maupun virus kerdil rumput.

Lahan pertanian terparah yang terserang hama tersebut berada di daerah Colomadu. Mengingat Colomadu berbatasan dengan daerah lainnya seperti Sukoharjo dan Boyolali. Di mana wereng dari luar daerah itu cepat bermigrasi ke lahan pertanian milik petani Colomadu. Meski menyerang 243 ha sawah, Siti memastikan produksi beras di Bumi Intanpari tidak terpengaruh.

“Lahan produktif padi di Karanganyar mencapai 22.000 ha. Itu artinya hanya sekian persen saja, tidak terlalu banyak. Jadi masih aman,” tuturnya.

Siti menuturkan berdasarkan penghitungannya stok padi di Bumi Intanpari hingga Maret mendatang mengalami surplus beras sebanyak 45.000 ton lebih. Hal ini dihitung berdasarkan luas panen Januari-Maret sekitar 16.335 ha dengan asumsi satu ha tanaman padi menghasilkan enam ton gabah. Sehingga total gabah kering giling (GKG) yang dihasilkan mencapai 98.000 ton.

“Kalau dikonversikan beras yang dihasilkan itu 65% dari gabah kering, maka hasil beras mencapai 62.400 ton beras sampai Maret,” ungkapnya.

Padahal, dia menuturkan konsumsi beras masyarakat di Karanganyar total sekitar 800.000 jiwa selama tiga bulan hanya 16.800 ton. Dengan demikian, Karanganyar masih surplus beras 45.600 ton.

Siti meminta petani untuk mematuhi sistem pola tanam yang ada, yakni padi-padi-palawija. Selain itu untuk memutus siklus wereng petani harus melakukan eradikasi tanaman padi. Dengan demikian lahan pertanian yang ada bisa bebas dari serangan wereng. isw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya