SOLOPOS.COM - Peternak Dukuh Jatisari, Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Sragen, mengecek kondisi ternaknya, Selasa (29/8/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Cuaca panas ekstrem akibat El Nino mengakibatkan lebih dari 50 ekor kambing di wilayah Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Sragen, dalam kurun waktu dua pekan terakhir. Matinya 50 ekor kambing itu membuat peternak merugi sampai seratusan juta rupiah. Kambing yang mati rata-rata berusia dewasa.

Kepala Desa (Kades) Tanggan, Mulyanto, saat ditemui wartawan, Selasa (29/8/2023), mengungkapkan banyaknya kambing yang mati sejak dua pekan terakhir didesanya kemungkinan karena faktor cuaca panas yang ekstrem. Peternak kesulitan mencari pakan dan air untuk ternak mereka. Menurutnya baru kali ini cuaca kemarau dengan suhu udara panas luar biasa begitu terasa tanpa hujan setetes pun.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kambing-kambing itu kebanyakan mati di kandang. “Cuaca yang terlalu panas membuat kambing dehidrasi, lemas, dan akhirnya mati. Peternak kesulitan mencari pakan di musim kemarau seperti sekarang,” jelas Mulyanto.

Mereka juga dihadapkan pada situasi dilematis. Peternak seharusnya tidak boleh menggembala kambing di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang berada di wilayah mereka. Namun, karena sulit mencari pakan berupa rumput di musim kemarau seperti sekarang, mau tidak mau mereka menggembalakan kambing di TPA. Warga mengandalkan sisa makanan di TPA sebagai pakan ternak kambing mereka.

Mulyanto menambahkan, sebenarnya kasus kambing mati karena kepanasan bukan kali ini saja terjadi. Namun di kasus sebelumnya jumlahnya tak sebanyak sekarang. “Setiap hari ada lima ekor kambing yang mati dalam dua pekan terakhir. Sampai sekarang yang mati sudah lebih dari 50 ekor. Kambing yang mati rata-rata sudah indukan. Kalau kambing-kambing muda relatif bisa bertahan,” katanya.

Dia mengungkapkan kerugian peternak akibat banyak yang mati itu memang cukup besar. Kambing-kambing itu umumnya jadi tabungan warga saat mereka membutuhkan uang, seperti membayar biaya sekolah anak.

Milik 8 Peternak

Salah satu peternak kambing di Dukuh Jatisari RT 004, Desa Tanggan, , Yatno, 45, mengaku kambingnya tinggal 18 ekor  dari 25 ekor. Tujuh ekor kambingnya mati mendadak yang menurutnya karena dampak cuaca ekstrem. “Kematian tujuh ekor kambing itu terjadi empat hari lalu, yakni Sabtu [26/8/2023]. Kalau dijumlah sekarang bisa sampai lebih dari 50 ekor kambing yang mati. Untuk antisipasi ya hanya pagi sampai pukul 10.00 WIB untuk menggembala kambing,” ujarnya.

Kambing-kambing yang mati milik delapan peternak. Pada Sabtu lalu, sebut dia, ada 17 ekor kambing mati. Lemudian Minggu (27/8/2023) ada 14 ekor kambing mati, lalu ada 10 ekor kambing mati pada Senin (28/8/2023). “Sekarang untuk antisipasi cuaca yang panas, maka warga menggembala kambing setiap pagi pukul 06.00 WIB-10.00 WIB, dan sore biasanya pukul 15.00 WIB.” sambungnya.

Peternak kambing lainnya, Jumadi, 50, menyampaikan empat ekor kambingnya mati dari total 29 ekor kambing yang ia punya. “Ada juga yang sakit, kemudian saya beri madu agar sehat kembali. Gejala awalnya tidak doyan makan atau nafsu makan menurun. Kalau kambingnya masih waras dijual dengan harga di bawah pasaran. Tetapi kalau mati ya dikubur,” jelasnya.

Harga kambing-kambing tersebut bervariasi dari Rp1 juta sampai Rp2,5 juta tergantung kondisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya