Solopos.com, SOLO -- Akhir-akhir ini Kota Solo dan hampir semua daerah di Jawa Tengah (Jateng) jarang terjadi hujan. Padahal, biasanya Januari lazim dikenal sebagai puncak musim penghujan.
Rupanya hal ini dipengaruhi oleh perubahan atmosfer dalam keadaan tertentu. Kondisi ini dipicu pergerakan Madden Julian Oscilation (MJO) atau peristiwa perubahan atmosfer dan laut secara berkala yang bergerak ke arah timur di sekitar wilayah tropis dekat ekuator.
Berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jateng, MJO bergerak menjauh ke wilayah Pasifik Barat yang menyebabkan penurunan intensitas hujan di Jateng.
Muslimien Fair 2 Digelar di Karanganyar, Ada Lomba Tahfizul Quran Hingga Pengobatan Gratis
Muslimien Fair 2 Digelar di Karanganyar, Ada Lomba Tahfizul Quran Hingga Pengobatan Gratis
"Sehingga memunculkan salah satu efek dari Monsun Asia - Australia yaitu siklus musiman aktif-pasif. Dalam mengetahui siklus ini ditandai pada fase aktif akan terjadi hujan yang berlimpah. Namun, pada fase pasif tidak akan terjadi hujan. Prediksi terhadap variasi musiman siklus aktif - pasif ini penting karena mempengaruhi curah hujan musiman," demikian bunyi keterangan tertulis BMKG Jateng yang diunggah di akun Instagram resmi lembaga itu, Kamis (30/1/2020).
Gelandang Anyar MU Langsung Main Lawan Wolves?
Telan Anggaran Rp25 Miliar, RSUD Sragen Akan Bangun Gedung VIP 4 Lantai
Pada awal Februari 2020, BMKG memprediksi kondisi atmosfer hampir sama dengan akhir Januari 2020 tetapi sedikit lebih basah. Pada pertengahan Februari 2020, kondisi atmosfer justru akan lebih basah sehingga berpotensi hujan lebat di wilayah Jateng.
AdvertisementView this post on Instagram
Advertisement