SOLOPOS.COM - Angkuta menunggu penumpang di Terminal Tipe C Wonogiri, Senin (17/1/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Bisnis layanan transportasi umum khususnya angkutan perkotaan atau angkuta di Wonogiri saat ini memang berangsur-angsur pulih setelah dihantam pandemi Covid-19 selama lebih dari dua tahun.

Meski begitu, penghasilan yang diperoleh para sopir angkuta masih jauh dari harapan. Setiap harinya lebih banyak cerita sedih yang didapat karena sarana transportasi umum yang dulu menjadi primadona warga untuk mobilitas kini lambat laun makin ditinggalkan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketua Paguyuban Sopir Angkuta Wonogiri, Suprapto, 58, saat berbincang dengan Solopos.com di Terminal Tipe C Wonogiri, Senin (16/1/2023), mengatakan saat ini ia dan rekan-rekannya bisa pulang membawa uang Rp50.000 saja dalam sehari merupakan capaian luar biasa.

Pada kenyataanya banyak dari sopir angkutan yang berpenghasilan lebih rendah daripada itu. “Sebelum pandemi Covid-19, pendapatan kami sudah mulai turun. Terus waktu pandemi benar-benar terpuruk. Ini sudah mulai pulih, tapi tetap saja tidak banyak penghasilan yang kami dapatkan,” kata pria yang akrab disapa Prapto itu.

Prapto menyebut dari 85 unit angkuta yang dulu beroperasi di Wonogiri, kini tinggal 70 unit. Sisanya memilih mundur atau mengandangkan angkutannya karena dinilai tidak lagi menguntungkan.

Adapun mereka yang tetap bertahan karena memang tidak ada pilihan lain selain menjadi sopir. Banyak dari para sopir yang tidak memiliki keterampilan selain menjadi sopir. Menurut Prapto hanya segelintir sopir yang memiliki pekerjaan sampingan seperti bertani atau berjualan.

“Kami dalam sepekan bisa dapat uang bersih Rp350.000 saja sudah banyak sekali itu. Biasanya malah enggak sampai segitu. Kalau dihitung, dalam sebulan pendapatan kami dari angkuta enggak sampai Rp1,5 juta,” ujar dia.

Dia memerinci pada umumnya pendapatan kotor para sopir angkutan di Wonogiri sekitar Rp150.000-Rp170.000 sehari. Sekitar Rp70.000 dari uang itu digunakan untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite.

Kemudian sekitar Rp50.000/hari untuk setoran ke pemilik angkuta. Tidak jarang sopir mengalah tidak membawa uang dari hasil kerjanya karena tidak mencukupi untuk setoran.

Bekerja sejak Pagi Buta

Menurut dia, beberapa sopir berangkat dari rumah saat masih pagi buta demi mendapatkan penumpang kalangan anak-anak sekolah. Di antara para sopir, ada peraturan siapa datang paling cepat di terminal ialah yang berhak mendapatkan penumpang terlebih dulu. 

Banyak anak-anak dari berbagai wilayah di bagian Wonogiri selatan yang bersekolah di Wonogiri kota. Dari rumah mereka menggunakan angkutan minibus dan turun di Terminal Tipe C tempat angkuta mangkal. Kemudian mereka lanjut angkuta menuju sekolah. 

“Saya tadi ke sini pukul 02.00 WIB agar dapat jatah antrean penumpang sekolah. Biasanya ada 13 unit armada yang masuk antrean untuk angkut anak sekolah. Tapi karena sekarang banyak anak yang magang, jadi cuma tujuh unit armada yang masuk antrean. Kadang bahkan ada yang menginap di terminal biar dapat antrean. Datang pukul 23.00 WIB,” jelasnya.

Sopir angkuta Wonogiri lain, Mashudi, 54, menyampaikan sudah 25 tahun bekerja sebagai sopir angkuta. Dibanding masa-masa sebelumnya, saat ini merupakan masa terburuk baginya. “Apalagi waktu pandemi itu. Benar-benar terpuruk,” kata Mashudi.

Mashudi tetap bertahan menjadi sopir karena merasa sudah nyaman dengan lingkungan kerjanya. Menurut dia, secara ekonomi penghasilan dia memang menurun, tetapi secara sosial dia merasa senang karena masih bisa bertemu dengan teman-temannya.

Menurutnya hal itu sulit diganti dengan uang seberapa pun. “Saya enggak punya pekerjaan sampingan. Tapi ya alhamdulillah insyaallah tetap ada saja rezeki. Yang penting itu merasa cukup,” ucapnya.

Sopir angkuta Wonogiri lain, Amin, juga mengungkapkan hal serupa. Dia tidak ada pilihan lain selain menjadi sopir. Meski pendapatan dia berkurang 50% sejak ada pandemi,  Amin tetap memilih dan konsisten menjadi sopir.

Bagi Amin, keadaan seperti sekarang ini merupakan tantangan sekaligus ujian bagi dia agar tetap kreatif mencari penumpang atau penghasilan lain. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya