SOLOPOS.COM - Panitia Solo Indonesia Culinary Festival (SICF) 2021 bersama perwakilan anggota Indonesian Chef Association (ICA) Solo, dan Komunitas Sapi Tunggang Boyolali, menunggangi sapi Jawa melintasi di depan Kori Kamandungan, kompleks Keraton Solo, Kamis (21/10/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo memiliki sejarah yang panjang. Kerajaan ini merupakan penerus dinasti Mataram Islam yang didirikan Pakubuwono II sebagai raja Keraton Solo pertama pada 1755.

Terbentuknya keraton ini diawali dari pemberontakan Pangeran Mangkubmi yang tidak menyetujui kebijakan sang kakak, Pakubuwono II yang dinilai menguntungkan penjajah. Hal ini memicu perang saudara hingga terjadi Perjanjian Giyanti pada 17 Februari 1755.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Baca juga: KGPH Mangkubumi Cuma Bisa Pasrah Tak Jadi Putra Mahkota Keraton Solo

Perjanjian ini berisi kesepakatan membagi wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam menjadi dua, yaitu Kesultanan Ngayogjokarto Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kesultanan Ngayogjokarto dikuasi Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I. Sementara Kasunanan Surakarta dikuasai Pakubuwono III sejak 1755.

Sejak saat itu, Keraton Solo terus berkembang sampai akhirnya pada 1 September 1945, Raja Pakubuwono XII menyatakan wilayahnya bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini akhirnya menghilangkan status Daerah Istimewa Surakarta.

Baca juga: Sengkarut Putra Mahkota: Pemimpin Keraton Solo Berdasar Wahyu Ilahi

Meski demikian, kehidupan di dalam keraton tetap dilestarikan sebagai warisan budaya. Kini, keraton tidak hanya sebatas tempat tinggal raja dan keluarganya saja, tetapi juga pusat kegiatan adat dan kebudayaan Jawa.

Baca juga: Sejarah Wong Kalang di Solo, Jadi Tukang Kayu Andalan Keraton

Sepanjang sejarah, berikut daftar nama raja-raja yang berkuasa di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat:

Pakubuwono II [Raden Mas Prabasuyasa] (1745-1749)
Pakubuwono III [Raden Mas Suryadi] (1749-1788)
Pakubuwono IV [Raden Mas Subadya] (1788-1820)

Pakubuwono IV [Raden Mas Subadya]
Pakubuwono V [Raden Mas Sugandi] (1820-1823)

Pakubuwono V [Raden Mas Sugandi]
Pakubuwono VI [Raden Mas Sapardan] (1823-1830)

Pakubuwono VI [Raden Mas Sapardan]
Pakubuwono VII [Raden Mas Malikis Solikin] (1830-1858)

Pakubuwono VII [Raden Mas Malikis Solikin]
Pakubuwono VIII [Raden Mas Kuseni] (1858-1861)

Pakubuwono VIII [Raden Mas Kuseni]
Pakubuwono IX [Raden Mas Suryo Duksina] (1861-1893)

Pakubuwono IX [Raden Mas Suryo Duksina]
Pakubuwono X [Raden Mas Sayiddin Malikul Kusno] (1893-1939)

Pakubuwono X [Raden Mas Sayiddin Malikul Kusno]
Pakubuwono XI [Raden Mas Ontoseno] (1939-1945)

Pakubuwono XI [Raden Mas Ontoseno]
Pakubuwono XII [Raden Mas Suryo Guritno] (1945-2004)

Pakubuwono XII [Raden Mas Suryo Guritno]
Pakubuwono XIII [Raden Mas Suryo Partono] (2004-sekarang)

Pakubuwono XIII [Raden Mas Suryo Partono]

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya