SOLOPOS.COM - Ayam goreng siap disajikan setelah matang digoreng di dapur Resto Ayam Geprek Sako Cantel, Sragen Kulon, Sragen, Jumat (26/8/2022). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Pengusaha restoran ayam di Kabupaten Sragen memilih menaikkan harga jual ayam untuk menyiasati harga daging ayam yang melejit belakangan ini. Gara-gara harga daging ayam naik, pendapatan mereka turun sampai 20%.

Hal itu dilakukan salah satunya oleh manajemen Geprek Group yang memiliki 30 cabang restoran di Pulau Jawa. General Manager Geprek Group Indonesia, Mulyono, saat ditemui wartawan di kantornya, Sragen, Jumat (26/8/2022), mengungkapkan selama ini Geprek Group menggunakan jenis ayam pejantan, yakni ayam petelur jantan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Harga ayam pejantan itu, ujarnya, sudah naik sampai 20% saat Bulan Puasa lalu kemudian setelah Lebaran naik hampir dua kali lipat. Hingga sekarang, ujarnya, harga ayam masih relatif tinggi meskipun mulai ada indikasi penurunan harga.

Pengusaha restoran di Sragen mulai merasakan kenaikan harga daging ayam setelah Lebaran yakni pada Juli-Agustus 2022. Mulyono mengatakan harga ayam saat itu Rp40.000-Rp50.000 per ekor. Mulai pertengahan Agustus mulai turun menjadi Rp35.000-Rp36.000/ekor.

“Tingginya harga ayam pejantan itu karena tidak adanya stok. Kalau resto ayam lainnya memilih mengurangi bobot ayam, yang biasanya 1 kg menjadi 8-9 ons, maka kami memilih menaikan harga juga sampai Rp2.000/porsi,” ujarnya.

Baca Juga: Sragen Punya 69.050 UMKM, yang Ramah Digital Sedikit Sekali

Mulyono menerangkan harga ayam pejantan itu normalnya di angka Rp33.000/ekor ke bawah. Saat harga ayam naik Rp2.000/ekor, satu porsi ayam goreng di Geprek Sako Sragen itu dibanderol Rp25.500/porsi. Sekarang seiring dengan turunnya harga bahan baku, harga jual diturunkan lagi menjadi Rp24.500/porsi.

“Harga jual Rp25.500/porsi itu merupakan harga jual tertinggi sepanjang sejarah Geprek Group yang berdiri sejak 2012 lalu. Kebutuhan ayam di Geprek Group itu bisa mencapai 800-1.000 ekor per hari untuk 30 outlet,“ katanya.

Harga Minyak Goreng

Dia mengatakan tingginya harga daging ayam di Sragen itu juga dibarengi naiknya harga minyak goreng. Pengusaha restoran Geprek Group di Sragen biasa menggunakan minyak kelapa yang awalnya harganya Rp300.000/jeriken berisi 18 liter. Kini harganya naik menjadi Rp600.000/jeriken berisi 18 liter.

Baca Juga: Harga Daging Ayam Naik, Pedagang Pasar Wonogiri Diprotes Pembeli

Untuk menyiasati hal itu, Mulyono berpikir untuk membuat produk baru yang bisa menopang dan melakukan efisiensi pengeluaran. Sekretaris Perusahaan Geprek Group Indonesia, Sugiyanto, menerangkan khusus di Resto Geprek Sako Cantel, Sragen, kebutuhan ayam per hari bisa mencapai 80-100 ekor per hari.

Tingginya harga daging ayam berdampak pada turunnya omzet Geprek Sako Sragen sampai 20% per hari. Sugiyanto mengatakan dengan harga bahan pokok naik dari Rp27.000/ekor menjadi Rp40.000/ekor itu, bila harga jual dinaikkan Rp1.500 per porsi itu hitungannya sudah tidak mendapatkan profit.

“Pelanggan pun berkurang. Biasanya budget itu bisa Rp22.000/porsi, ketika harganya naik menjadi Rp24.500 per porsi maka ada pelanggan yang mundur dari ordernya. Harga ayam pejantan  hidup itu bobotnya 1,2 kg, bulan dikurangi jerohannya maka daging ayam itu kurang dari 1 kg,“ ujarnya.

Baca Juga: Catat! Badan Pangan Nasional: 4 Komoditas Masih Perlu Impor

Sementara harga daging ayam potong di Pasar Bunder Sragen masih relatif tinggi di angka Rp35.000/kg. Dari catatan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen, harga daging ayam potong itu naik sejak awal Agustus. Mulai 23 Agustus 2022, harga daging ayam potong mencapai Rp35.000/kg sampai sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya