SOLOPOS.COM - Ratusan warga menyerbu saluran air Dam Colo di Desa Pengkol, Kecamatan Nguter, Sukoharjo untuk menangkap ikan saat pintu saluran ditutup pada Senin (11/10/2021) mulai pukul 06.00 WIB. (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, KARANGANYAR — Petani pengguna air irigasi Dam Colo di wilayah Kabupaten Karanganyar waswas sawahnya mengalami kekeringan dan terancam puso alias gagal panen pada musim tanam (MT) III.

Hal ini seiring penutupan Dam Colo untuk pemeliharaan selama satu bulan penuh.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Penutupan Dam Colo tersebut berdampak pada terhentinya pasokan air ke saluran irigasi. Salah satu petani di wilayah Dagen, Karanganyar, Ismail Soleh mengatakan mulai bersiap mencari alternatif sumber air irigasi pada MT III.

Baca Juga: Berkah Pintu Dam Colo Sukoharjo Ditutup, Warga Bisa Dapat 15 Kg Ikan

Petani akan memanfaatkan sumur untuk mengairi sawah. Para petani juga menyiapkan pompa air.

“Sawahnya rawan kekeringan dan kami hanya mengandalkan air sumur saja,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos, Selasa (12/10/2021).

Saat ini, dia mengatakan usia tanaman padi baru menginjak 40 hari. Padahal tanaman padi di usia tersebut masih membutuhkan air yang cukup banyak hingga nanti siap dipanen.

Baca Juga: Dam Colo Ditutup: Ratusan Pencari Ikan Menyerbu, Ini Penampakannya

Untuk memenuhi kebutuhan air itupun petani hanya mengandalkan sumur. Secara otomatis penggunaan sumur akan berdampak dengan bertambahnya biaya operasional. Dimana petani memompa air sumur untuk mengairi sawah.

“Sekali pengairan bisa menghabiskan ratusan ribu rupiah. Apalagi padi yang kami tanam usianya tergolong masih muda,” katanya.

Dia menyayangkan langkah Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) yang melakukan penutupan Dam Colo.

Baca Juga: Sejak Subuh, Ratusan Pencari Ikan Serbu Dam Colo Sukoharjo

Apalagi kondisi air di Waduk Gajah Mungkur masih tersedia dan memungkinkan untuk mengaliri aliran irigasi Dam Colo. Dengan mempertimbangkan kondisi itu, menurut dia, mestinya aliran Dam Colo tidak ditutup.

Senada petani lain, Warsito yang juga mengeluhkan penutupan Dam Colo. Dia khawatir penutupan Dam Colo akan berdampak besar pada hasil panen padi nantinya.

Sebagaimana pengalaman tahun lalu, petani mengalami kerugian besar karena penutupan Dam Colo.

“Kita sudah mengeluarkan uang banyak untuk sewa mesin pompa air, tapi hasilnya tetap tidak maksimal. Harusnya Dam Colo tidak usah ditutup,” katanya.

Baca Juga: Pintu Air Dam Colo Ditutup, Gimana Nasib Lahan Pertanian di Sukoharjo?

Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur sebelumnya meminta Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) tidak melakukan penutupan Dam Colo.

Pertimbangannya, petani masih sangat membutuhkan air dari saluran irigasi tersebut untuk masa tanam (MT) III.

Penutupan Dam Colo selama ini menjadi agenda rutin tahunan yang biasa dimanfaatkan untuk perawatan saluran irigasi tersebut.

Baca Juga: Pintu Air Dam Colo Ditutup Senin Besok, Polisi Dikerahkan Untuk Berjaga

Namun di tahun ini kondisi dinilai berbeda dimana volume air di Waduk Gajah Mungkur masih cukup tinggi untuk mengalirkan ke saluran irigasi Dam Colo.

“Berdasarkan pengamatan di lapangan, masa tanam 2 kemarin kan mundur sehingga untuk masa tanam 3 juga ikut mundur. Untuk itulah petani meminta Dam Colo tidak ditutup,” ujar Ketua P3A Dam Colo Timur, Jigong Sarjanto.

Petani sangat berharap dimasa pandemi corona ini Dam Colo tidak ditutup agar panen MT III bisa berhasil. Para petani khawatir jika Dam Colo ditutup hasil panen padi tidak bisa maksimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya