SOLOPOS.COM - Sejumlah warga dan sukarelawan bergotong royong memindahkan plafon yang roboh akibat gempa Bantul di SMKN 1 Pracimantoro Wonogiri, Sabtu (1/7/2023). (Istimewa/Angga Eka)

Solopos.com, WONOGIRI — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri mencatat total 210 bangunan rusak sebagai dampak gempa bumi Magnitudo 6,4 yang berpusat di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (30/6/2023) pukul 19.57 WIB lalu.

Mayoritas bangunan itu rusak ringan dan tidak ada korban jiwa. Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Trias Budiono, mengatakan sudah menginventarisasi dan mengidentifikasi bangunan rusak terdampak gempa Bantul, Jumat malam lalu.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dia menerangkan per Minggu (2/7/2023) siang, total ada 210 bangunan rusak. Sebanyak 18 di antaranya merupakan fasilitas umum seperti sekolah dan musala dan 192 bangunan yang lain adalah rumah warga. 

“Yang terdampak [gempa], mayoritas itu rumah warga, dan kerusakannya ringan. Sukarelawan sudah membantu evakuasi dan memperbaiki kerusakan itu,” kata Trias saat dihubungi Solopos.com, Minggu (2/7/2023).

Trias melanjutkan berdasarkan tingkat keparahan, ada tiga bangunan yang rusak berat sebagai dampak gempa Bantul di Wonogiri. Sedangkan 38 bangunan rusak sedang dan 159 bangunan rusak ringan.

Bangunan rusak paling banyak di Kecamatan Giritontro yaitu 67 bangunan. BPBD Wonogiri sudah menyalurkan bantuan logistik kepada para korban. Ia belum bisa memastikan berapa jumlah jiwa yang terdampak berikut kerugian materialnya.

Kendati begitu, banyak dari bangunan yang rusak itu sudah tertangani sukarelawan Desa Tanggap Bencana (Destana) di desa masing-masing. Trias menyampaikan sebagai daerah perbatasan antara Jawa Timur dan DIY,  Wonogiri memang rawan terdampak apabila di dua daerah itu terjadi gempa.

Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Tengah, Wonogiri menjadi yang mengalami dampak kerusakan bangunan terbanyak. “Kami sudah beri edukasi kepada para sukarelawan soal mitigasi gempa,” ujar dia.

Saat ini, lanjut Trias, dari 249 desa di Wonogiri, masih ada 70 desa yang belum memiliki sukarelawan Destana. Ke depan, BPBD akan terus mendorong agar semua desa di Wonogiri memiliki Destana mengingat Wonogiri jadi wilayah zona merah bencana

Sementara itu, Camat Pracimantoro, Wonogiri, Warsito, mengatakan di wilayahnya ada 40 bangunan rusak sebagai dampak gempa Bantul. Dari jumlah itu, kerusakan terparah ada di SMKN 1 Pracimantoro. Plafon dan genting di laboratorium komputer sekolah itu runtuh sehingga menimpa beberapa unit komputer.

Sementara bangunan lain banyak yang rusak ringan. Menurut dia, bantuan logistik dari BPBD Wonogiri dan lembaga lain sudah disalurkan.

“Kerugian total belum terhitung. Tetapi informasi yang kami dapatkan, kerugian di SMK itu senilai Rp450 juta karena banyak komputer yang rusak. Kebetulan ini sedang masa libur sekolah, jadi tidak mengganggu proses belajar,” kata Warsito.

Guru SMKN 1 Pracimantoro, Bambang, mengatakan sudah mengidentifikasi internal kerusakan akibat gempa Bantul, Jumat lalu. Sejumlah plafon ruang besar jatuh. Namun tidak ada korban jiwa. “Sudah kami evakuasi dan sterilisasi,” ujar dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya