SOLOPOS.COM - Atap rumah warga di wilayah Solo terlihat tertutup abu vulkanik letusan Gunung Kelud, Jumat (14/2/2014). Hujan abu vulkanik membuat jalanan diselimuti debu dan jarak pandang terbatas. (Burhan A/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Hujan abu akibat letusan Gunung Kelud, Kamis (13/2/2014) malam, masih terjadi pada Sabtu (15/2/2014) siang. Angin yang membawa partikel-partikel abu vulkanik cukup pekat menyelimuti Kota Solo dan sekitarnya siang ini.

Pantauan Solopos.com, Sabtu siang, angin membawa abu vulkanik pekat kembali menerpa sekitar pukul 14.15 WIB. Di kawasan sekitar Bandara Adisoemarmo dan kawasan sebelah barat Kota Solo, angin dan abu pekat tersebut membuat matahari tertutup dan hampir gelap. Meski demikian, warga setempat masih menjalankan aktivitas di luar rumah karena abu yang turun tidak sepekat pada Jumat (14/2/2014) pagi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sebelumnya, sekitar pukul 13.00 WIB, abu tipis kembali menutupi langit dan membuat jarak pandang di jalan-jalan terbatas. Jarak pandang hanya sekitar 500 meter saat angin yang membawa abu vulkanik pekat tersebut berembus kencang.

Hujan gerimis sempat mengguyur sekitar pukul 12.00 WIB. Hujan tersebut sempat mengikat abu yang masih berada di udara. Dampaknya, kendaraan-kendaraan yang diparkir di luar ruangan kembali dipenuhi abu.

Seperti diberitakan sebelumnya, letusan Gunung Kelud yang menimbulkan hujan abu di berbagai wilayah di Jawa Timur dan Jawa Tengah berdampak buruk terhadap kualitas udara. Berdasarkan pantauan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), kualitas udara pascaletusan Gunung Kelud di Kota Surabaya semakin memburuk.

“Saat ini Staf Kementerian Lingkungan Hidup telah berada di sekitar wilayah bencana Gunung Kelud untuk melakukan pengukuran manual,” ungkap pihak KLH dalam rilis yang diterima Solopos.com, JUmat (14/2/2014) malam.

Masyarakat diimbau untuk mengenakan masker dan penutup kepala jika hendak keluar rumah. KLH juga memperingatkan partikel abu vulkanik berpotensi mengganggu sistem pernapasan karena mengandung kristal silika. Kristal silika diketahui merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam industri kaca untuk membuat kaca keras. Jika terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, partikel ini berpotensi merusak alveoli, unit pernapasan terkecil dari paru-paru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya