SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Antara)

Solopos.com, KLATEN — Sekitar 20% ikan di Klaten mati akibat air tempat mereka hidup tercemar abu vulkanis dari Gunung Kelud. Rata-rata, ikan yang mati tersebut masih berupa benih sehingga tidak kuat menahan pekatnya abu vulkanis.

Kasi Sumber Hayati dan Pengembangan Usaha Perikanan Bidang Perikanan Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten, Agus Haryono, mengatakan ikan yang mati tersebut hampir semuanya terjadi di wilayah Klaten. “Jumlahnya memang tidak terlalu banyak. Rata-rata, yang mati masih berupa benih sehingga tidak kuat terkena abu,” katanya kepada wartawan di Klaten, Rabu (19/2/2014).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Menurutnya, ikan yang mati tersebut rata-rata terjadi di daerah yang aliran airnya tidak terlalu deras. Akibatnya, abu vulkanis yang mengendap tidak bisa mengalir dengan cepat sehingga mengendap. “Sedangkan, untuk wilayah Minapolitan Klaten cenderung aman karena aliran air di sana deras. Dengan demikian, angka kematian pada ikan tidak terlalu tinggi,” imbuhnya.

Salah satu peternak ikan di kawasan Minapolitan Klaten, Sunarto, mengaku puluhan ikannya mati akibat tidak kuat terkena abu vulkanis. Untuk mengurangi dampak abu vulkanis, pihaknya sudah melakukan upaya dengan pengurasan kolam.

“Pengurasan kolam dilakukan secara manual. Sebab, karakteristik abu vulkanis Gunung Kelud ini malah mengeras seperti lem jika terkena air, sehingga pembersihan cukup susah juga,” jelasnya di Klaten, Rabu.

Selain banyak ikan yang mati, dia juga mengaku rugi jutaan rupiah karena rumah makan yang ada di Ponggok, Polanharjo, terpaksa tutup karena abu yang sangat tebal. “Sementara tutup dahulu karena harus membersihkan abu yang ada di sekitar rumah makan,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Desa Ponggok, Junaedi Mulyono, mengaku waspada setelah kolam di daerahnya terkena abu dan diguyur air hujan. Menurutnya, hujan bisa berisiko membawa air yang tercampur oleh abu vulkanis. Kondisi tersebut bisa menyebabkan ikan menjadi mabuk dan akhirnya mati.

“Jika air yang mengalir membawa debu, bisa menyebabkan ikan mabuk. Insang pada ikan juga rusak sehingga bisa menyebabkan kematian,” katanya, Rabu.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, pihaknya sudah menyiapkan langkah khusus supaya tidak banyak ikan yang mati. Caranya yakni dengan menutup aliran air ke kolam dan menyesuaikan kadar keasaman air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya