Soloraya
Rabu, 25 Agustus 2021 - 15:58 WIB

Dari Kotoran Sapi Piaraan Sendiri, Warga Mundu Tulung Klaten Panen Biogas

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Dungus, Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Klaten, menunjukkan unit pengolah kotoran menjadi biogas di rumahnya, Selasa (24/8/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Dari kotoran sapi yang mereka pelihara, puluhan warga Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Klaten, kini sudah bisa panen energi biogas. Limbah kotoran sapi mereka olah menjadi biogas guna memenuhi kebutuhan gas rumah tangga.

Selain untuk bahan bakar, gas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk penerangan. Pemanfaatan limbah organik menjadi biogas itu mereka lakukan sejak 2014. Bermula dari pendampingan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP), satu per satu warga berminat untuk membangun biodigester (unit untuk memproses limbah organik menjadi biogas).

Advertisement

Ketua Kelompok Ternak Margo Mulyo Desa Mundu, Teguh Sutikno, 47, menceritakan awalnya ada program percontohan pengembangan biogas dari kotoran ternak di salah satu rumah warga. Program percontohan itu sukses dengan menghasilkan gas untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Dari kesuksesan pengembangan satu lokasi biogas tersebut, minat warga Mundu, Tulung, Klaten, membangun biodigester terus tumbuh. Apalagi, hampir setiap rumah tangga di Mundu memiliki ternak sapi. Mundu menjadi salah satu desa di Klaten yang menjadi pusat peternakan sapi terutama sapi perah.

Advertisement

Dari kesuksesan pengembangan satu lokasi biogas tersebut, minat warga Mundu, Tulung, Klaten, membangun biodigester terus tumbuh. Apalagi, hampir setiap rumah tangga di Mundu memiliki ternak sapi. Mundu menjadi salah satu desa di Klaten yang menjadi pusat peternakan sapi terutama sapi perah.

Baca Juga: Eks Lurah Pasar Prambanan Ditahan karena Selewengkan Retribusi, Disdagkop dan UKM Klaten Buka Suara

Pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas itu sekaligus memperbarui pengetahuan warga. Mereka sebelumnya hanya tahu limbah kotoran ternak dimanfaatkan untuk pupuk organik.

Advertisement

Arisan biogas tersebut ditujukan sebagai ruang untuk berbagi informasi terkait pengembangan biogas di Desa Mundu, Tulung, Klaten. Arisan itu sekaligus sebagai tempat warga untuk saling membantu membangun biodigister.

Proses pengolahan kotoran ternak menjadi biogas cukup sederhana. Kotoran ternak dimasukkan dalam lubang pencampur dan diaduk bersama air. Hasil pencampuran kemudian dimasukkan ke kubah yang menjadi reaktor penghasil biogas.

Baca Juga: Warga Kecele Vaksin Dosis Kedua Sinovac Belum Tersedia di Grha Saba Solo

Advertisement

Gas yang dihasilkan dialirkan melalui pipa ke kompor di rumah-rumah warga sebagai sumber bahan bakar. Sementara ampas dari kotoran yang sudah berfermentasi atau bio-slurry keluar dari kubah menuju lubang outlet ke penampung lainnya.

Teguh menceritakan ukuran biodigester yang digunakan untuk memproduksi gas dari kotoran sapi milik warga Mundu, Tulung, Klaten, beragam. Namun, rata-rata biodigester itu dibangun dengan volume 6 meter kubik hingga 8 meter kubik. “Ketika masa awal, dari pengisian hingga gas bisa digunakan itu hanya butuh waktu selama dua hari,” tutur Teguh.

Mengatasi Masalah Limbah Ternak

Agar gas selalu berproduksi, saban hari biodigester diisi kotoran ternak. Volume kotoran ternak yang dibutuhkan pun tak banyak. Dari satu ekor sapi, kotoran yang dihasilkan bisa untuk memenuhi kebutuhan gas satu rumah tangga dalam sehari.

Advertisement

Teguh mencontohkan saban hari ia mengisi sekitar satu bak angkong. “Untuk kapasitas satu rumah tangga terdiri dari dua hingga tiga orang itu gas yang dihasilkan lebih dari cukup,” katanya.

Baca Juga: Sanksi Denda Rp50.000 untuk Pelanggar Prokes di Sragen Dihentikan, Ini Gantinya

Kini ada 40-an keluarga yang memanfaatkan biogas dari kotoran ternak miliki mereka untuk kebutuhan memasak dan lainnya. Selain mengatasi permasalahan limbah ternak, pemanfaatan biogas bisa menghemat pengeluaran warga lantaran biogas mereka nikmati secara gratis.

Kepala Desa Mundu, Budiyanto, mengatakan saat ini ada sekitar 48 lokasi yang dibangun unit pengolah kotoran ternak menjadi biogas terutama di wilayah Dukuh Dungus.

Ia menjelaskan pengelolaan kotoran ternak menjadi biogas mengatasi permasalahan limbah ternak. “Saat musim penghujan, kotoran-kotoran ternak sebelumnya meluber ke selokan-selokan. Sekarang sudah termanfaatkan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif