Soloraya
Minggu, 10 September 2023 - 14:29 WIB

Darsono Djarot Menafsir Perempuan Lewat Teater Magic of Women

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pemain beraksi dalam gelaran tari teater Megic of Women di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Solo, Jumat (8/9/2023) malam. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Di balik gelap panggung itu sudah ada seorang yang berperan sebagai perempuan muda mengenakan gaun pendek bermotif bunga khas 40-an. Ketika lampu sorot menyala, perempuan itu tertutup kain putih transparan yang menggantung.

Perlahan kain itu ditarik ke atas. Dia berdiam sejenak. Lalu menari patah-patah diiringi musik instrumental string bertempo pelan. Selang beberapa waktu, lima perempuan lain menyusul dan muncul dari sudut ruang Teater Arena TBJT, Jumat (8/9/2023) malam.

Advertisement

Kelima perempuan itu membentuk formasi dan saling saut-sautan untuk bicara. Mereka menggunakan gaya bahasa baku dengan intonasi yang dramatis, membuat penonton agak tegang menyimak.

“Sering kali peradaban ada karena keanehan,” kata salah seorang perempuan di tengah panggung. Dialog terjadi di atas panggung untuk mempertanyakan sebenarnya untuk apa kehadiran perempuan dalam kehidupan.

Advertisement

“Sering kali peradaban ada karena keanehan,” kata salah seorang perempuan di tengah panggung. Dialog terjadi di atas panggung untuk mempertanyakan sebenarnya untuk apa kehadiran perempuan dalam kehidupan.

“Kenapa perempuan diciptakan dari tulang rusuk, bukan dari tulang telinga?” saut yang lain. Apa bakal jadi makhluk yang gampang mendengar?” susul teriakan lainnya. “Kenapa bukan dari tulang hidung?” ada yang menyaut lagi. “Nanti jadi makhluk yang terlalu lembek?”

Terdengar suara dentuman langkah kaki, kali ini total ada tujuh perempuan itu segera berjalan mengikuti ritme. Kembali mereka saling saut untuk bicara, namun bukan tanya yang terlontar. Melainkan pernyataan tegas tentang tubuh perempuan.

Advertisement

Ada seorang bertopi bundar, gondrong, baju hitam, dan celana merah memainkan gitar elektrik, memainkan melodi bernuansa blues. Lalu menjelang akhir pertunjukan tujuh perempuan berjalan sambil menjinjing sepatu dengan hak tinggi.

Adegan itu ditampilkan dalam pertunjukan teater berjudul Magic of Woman yang berdurasi kurang lebih satu jam. Para penari yakni Fitira, Yasinta, Fajar, Laras, Yudha, Cikal Tumuring, dan Sianita berhasil mengaduk perasaan penonton.

Sutradara Magic of Women, Darsono Djarot menyebut memang berusaha menampilkan perspektifnya terhadap perempuan. Menurutnya figur perempuan menempati posisi penting dalam kehidupan, misal sosok Dewi Sri dalam kepercayaan Jawa klasik.

Advertisement

“Dimana figur perempuan ini menjadi spirit, tapi yang anak proses itu ditinggal dan yang muncul yang lain,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com selepas pertunjukan.

Djarot sendiri sebenarnya terinspirasi mengangkat persoalan perempuan lewat tulis Goenawan Mohamad (GM) dalam buku kumpulan esai Catatan Pinggir berjudul Perempuan.

“Garapan teater tari tersebut merupakan refleksi dari pemahaman saya pribadi terhadap Catatan Pinggir tersebut,” kata dia.

Advertisement

Dia menyebut tulisan GM tidak berusaha menyoal permasalahan gender. Hanya saja lebih pada cara berpikir untuk melihat dua hal yang berbeda. Dalam hal ini hubungan perempuan dan laki-laki yang dibedakan oleh jenis kelamin.

Djarot menyebut Magic of Woman merupakan sebuah garapan teater tari yang mencoba mempertanyakan kembali keberadaan perempuan.

Dia berangkat dari kesadaran bahwa perempuan itu memiliki tubuh, mempunyai perasaan, dan pikiran. Maka pesan yang dibawa dalam pertunjukan itu bahwa perempuan ada tidak hanya untuk melaksanakan perintah. “Tapi juga mempunyai ambisi dan tujuan,” kata dia.

Djarot sengaja menghadirkan gerak tari dan dialog dalam pertunjukan. Menurut dia, dialog yang dihadirkan bertujuan untuk menebalkan suasana sekaligus memberikan gambaran cerita. Sedangkan gerak penari penari, selain sarana ekspresi, lebih berfungsi sebagai estetika pertunjukan.

Dia mengatakan sudah mempersiapkan pertunjukan teater itu sejak Januari 2023 lalu. Total persiapan hampir enam bulan dari menulis naskah, latihan pentas, dan lainnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif