Soloraya
Kamis, 3 Desember 2020 - 23:50 WIB

Debat Pilkada Solo: Pengamat Sebut Gibran Tawarkan Keberlanjutan, Bajo Masih Kesulitan Tunjukkan Program

Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua pasangan calon wali kota-wakil wali kota menyampaikan salam seusai debat perdana Pilkada Solo di The Sunan Hotel, Jumat (6/11/2020). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO – Debat putaran II Pilkada Solo berlangsung Kamis (3/12/2020). Debat yang disiarkan langsung oleh akun Youtube KPU Solo diikuti oleh dua pasangan calon (paslon).

Paslon no 1 pasangan Cawali-cawawali, Gibran Rakabuming-Teguh Prakosa dan paslon no 2 Bagyo Wahono dan Suparjo Fransiskus Xaverius.

Advertisement

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Akhmad Ramdhon, yang mengikuti jalannya debat mengatakan ada perbedaan gaya paslon dalam menjawab maupun menjelaskan program selama debat berlangsung.

Dalam program Cek Fakta Debat Pilkada Solo, Kamis malam, yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Pusat Bersama AMSI Jateng, Akhmad Ramdhon mengatakan secara umum paslon 1 meletakkan agenda dan tawaran programnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan capaian-capaian Wali Kota Solo sebelumnya.

Advertisement

Dalam program Cek Fakta Debat Pilkada Solo, Kamis malam, yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Pusat Bersama AMSI Jateng, Akhmad Ramdhon mengatakan secara umum paslon 1 meletakkan agenda dan tawaran programnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan capaian-capaian Wali Kota Solo sebelumnya.

“Benang merah orientasi program dan kerangka kebijakan yang dibangun tidak akan lepas dari agenda kota yang telah dimandatkan RPJMP [rencana pembangunan jangka menengah panjang] 2005-2025 [Perda 1/2019]. Pada titik tersebut, tawaran untuk mengakselerasi kebijakan dengan menjadikan teknologi informasi/berbasis data digital dan anak muda/kerja kreatif sebagai bagian menjadi menarik untuk dilihat. Dan siapa pun Wali Kota Solo yang terpilih akan memulai  skema program kerjanya dengan upaya paling awal untuk menangani pandemi baik dari sisi kesehatan maupun dampak ekonomi berbasis APBD/APBN,” ujar Ramdhon.

Lalu bagaimana dengan paslon 2?

Advertisement

“Tawaran-tawaran program dalam debat semisal sungai bawah tanah, kereta layang hingga rumah di bantaran sungai jelas mempunyai persoalan dasar baik dari sisi pembacaan realitas maupun kajian untuk merumuskan tawaran program. Akhirnya, gagasan tersebut jelas mempunyai persoalan baik dari sisi desain hingga teknis pelaksanaan, skema realisasi pendanaan, serta regulasi yang menjadi dasar hukum dalam mewujudkannya,” paparnya.

Dicermati

Akhmad Ramdhon

Dalam catatan Ramdhon ada beberapa program-progam yang ditawarkan kedua paslon untuk dicermati lebih lanjut

Advertisement

Misalkan pada debat segmen 2, terkait tema budaya. Paslon no 1 menjelaskan sebagai upaya penguatan seni budaya, penguatan kelompok tradisi hingga Pokdarwis menjadi tawaran-tawaran yang riil untuk membangun identitas. “Dan pada saat bersamaan payung Perda No. 4/2018 tentang Pemajuan Warisan Tak Benda menjadi respon tepat terkait dengan implementasi UU 5/2017 Pemajuan Kebudayaan,” jelasnya.

Pada segmen 4, paslon no 1 menawarkan pengembangan kawasan Solo Utara sebagai kawasan prioritas pembangunan yang sudah dan akan dilakuka. “Program ini  relevan dengan Perda No 1/2012 terkait Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta 2011-2031 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2016-2021 [Perda No 9/2016],” lanjut Ramdhon.

Pada segmen 5,terkait promosi nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan yang disampaikan paslon 1, menurut Ramdhon, menjadi menarik dengan menempatkan pendekatan budaya sebagai proses untuk membangun identitas sekaligus menguatkan institusi pendidikan untuk menyangga praktik toleransi dan penghargaan atas keberagaman. Plus dengan menempatkan anak muda sebagai aktor.

Advertisement

Sementara pada segmen 3, terkait dengan Solo sebagai smart city, Solo sudah mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi sebagai upaya untuk meningkatkan layanan publik berbasis teknologi dan efesiensi birokrasi.

“Tantangan terakhir dan terpenting yakni memastikan ke depan pelaksanaan Pilkada tetap dengan standar protokol kesehatan yang ketat sehingga memberi rasa aman baik bagi petugas pelaksana maupun warga yang akan menggunakan hak pilihnya,” pungkasnya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif