SOLOPOS.COM - Kondisi kawasan Waduk Mulur, Bendosari, Sukoharjo, Rabu (4/10/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Waduk Mulur di Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, mengalami penurunan debit air secara drastis. Kondisi tersebut mengakibatkan petani karamba kian merugi.

Sedikitnya dalam tiga bulan terakhir sekitar setengah ton ikan milik 18 petani karamba yang tergabung dalam Paguyuban Mina Makmur mati.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ketua Paguyuban Mina Makmur Waduk Mulur Bendosari, Catur Joko, mengatakan para petani ikan mulai resah dengan penurunan debit air waduk yang signifikan. Petani ikan sejak awal sudah mengetahui prediksi cuaca panas ekstrem bakal terjadi akibat pengaruh fenomena alam El Nino. Puncak msuim panas terjadi pada Agustus hingga Oktober ini yang berpengaruh pada penurunan debit air.

“Kalau kondisi panas terus seperti ini maka dikhawatirkan bisa berdampak pada kekeringan di Waduk Mulur Bendosari. Harapannya tidak sampai berpengaruh besar dan merugikan petani ikan,” jelas Catur, Rabu (4/10/2023).

Waduk Mulur tercatat mempunyai elevasi sekitar 110 meter dari permukaan laut (mdpl) dan memiliki volume 2,75 juta meter kubik yang mampu menyuplai irigasi untuk 43 hektare sawah. Waduk terbesar di Sukoharjo itu dimanfaatkan warga untuk membudidayakan ikan nila dalam keramba apung. Di sore hari, Waduk Mulur menjadi objek wisata bagi sebagian warga yang ingin menikmati panorama alam dan matahari terbenam.

waduk mulur sukoharjo mengering
Kondisi kawasan Waduk Mulur, Bendosari, Sukoharjo, Rabu (4/10/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Kawasan Waduk Mulur juga pernah digunakan untuk olahraga air yakni lomba dayung, ski air, dan sepeda motor air. Ada pula lahan perkemahan di kawasan Waduk Mulur yang dapat digunakan untuk kegiatan kepramukaan.

Dari pantauan Solopos.com, tampak beberapa area di Waduk Mulur sudah mulai mengalami pendangkalan. Permukaan waduk yang mengering ditumbuhi rerumputan liar. Sementara permukaan yang masih ada airnya digunakan petani ikan untuk memasang karamba.

Catur membeberkan idealnya kedalaman air untuk karamba sekitar 5 meter, namun kini hanya sekitar 1 meter. Musim panas juga membuat ikan kekurangan oksigen sehingga banyak yang mati.

Demi menekan potensi kerugian akibat musim kemarau, petani ikan terpaksa mengurangi benih ikan yang rentan mati karena pengaruh cuaca ekstrem. Ia berharap, Waduk Mulur kembali dikeruk untuk mengurangi sedimen.

“Kami hanya bisa menunggu musim hujan datang dan debit air Waduk Mulur Bendosari kembali bertambah. Ya mau gimana lagi, ini fenomena alam. Karena waduk ini tadah hujan dan dapat aliran air dari Sungai Jelantah, tapi saat ini sungainya kering jadi tidak bisa masuk waduk airnya,” ujarnya.

Warisan Zaman Kolonial

Seperti diketahui Waduk Mulur telah dibangun sejak 1926 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Meski usianya mendekati satu abad, waduk ini masih tetap berfungsi dengan baik sebagai cadangan air untuk mengairi pertanian di wilayah Sukoharjo.

Tercatat, Waduk Mulur juga pernah mengalami renovasi pada 1998, namun hal itu tak menghilangkan kesan produk kolonial Belanda sehingga kawasan waduk masih tetap terjaga keaslian bentuknya.

Waduk ini merupakan aset Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Sejak beberapa tahun lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo telah memproses pengajuan pengelolaan kawasan Waduk Mulur.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Sukoharjo, Setyo Aji Nugroho belum lama ini membeberkan upaya pengajuan pengelolaan tersebut telah menemui titik terang.

Pemkab Sukoharjo kini tengah membuat detail engineering design (DED) atau rancang bangun rinci revitalisasi Waduk Mulur Bendosari yang akan dibangun menjadi objek wisata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya