SOLOPOS.COM - Warga Desa Dukuh, Bayat, Klaten, mengangsu ke bak nonpermanen dari terpal yang dibuat untuk menampung bantuan air bersih, Senin (9/10/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Krisis air bersih melanda warga Desa Dukuh, Kecamatan Bayat, Klaten, sekitar sebulan terakhir. Kondisi kemarau dan cuaca panas ekstrem membuat debit sumur Pamsimas di desa tersebut menyusut drastis.

Kepala Desa (Kades) Dukuh, Rudiyanta, mengatakan krisis air bersih terjadi di empat dukuh yang terdiri dari 12 RT. Rata-rata per RT ada 60-70 keluarga yang mengalami krisis air bersih.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kondisi debit air sumur Pamsimas yang selama ini menjadi andalan warga menyusut selama hampir 1,5 bulan terakhir. Hanya lima RT di Dukuh Jerukan yang terdiri dari 180 keluarga yang masih mendapat aliran air dari Pamsimas.

Rudi mengatakan air Pamsimas masih bisa diandalkan warga Desa Dukuh, Bayat, Klaten, untuk memenuhi kebutuhan. Pada musim kemarau tahun-tahun sebelumnya, air dari Pamsimas masih mencukupi kebutuhan seluruh warga.

Namun, pada kemarau kali ini debit air sumur Pamsimas menurun hingga tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga warga. Kemarau yang cukup panjang ditambah fenomena El Nino mempengaruhi ketersediaan air sumur Pamsimas.

Sejak mengalami krisis air bersih, warga Dukuh, Bayat, Klaten, mengangsu ke desa tetangga di wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY. “Namun, di bulan-bulan ini desa sebelah juga mengalami kekurangan air. Makanya, kami koordinasi dengan BPBD Klaten untuk melengkapi kebutuhan air warga,” kata Rudi saat ditemui Solopos.com di Kantor Desa Dukuh, Senin (9/10/2023) siang.

Selain bantuan, sebagian warga Desa Dukuh, Bayat, Klaten, yang biasa memanfaatkan Pamsimas kini juga berswadaya membeli air bersih untuk digunakan bersama-sama.

Sementara itu, selain dari BPBD bantuan air bersih datang dari berbagai pihak di antaranya sukarelawan, ormas, dan PMI. Rudi berharap BPBD bisa menambah intensitas pengiriman bantuan air bersih di wilayah tersebut.

Bantuan Air Bersih

Salah satu sukarelawan Desa Dukuh, Wandi, mengatakan ada enam sumur Pamsimas di wilayah Desa Dukuh. Namun, debit sumur Pamsimas belakangan menurun seiring kemarau dengan panas yang ekstrem. “Semua sumur Pamsimas debitnya menurun. Ada satu sumur yang masih aman,” kata Wandi.

Untuk menampung bantuan air bersih, warga membuat bak dari terpal. Warga di sekitar bak itu kemudian berdatangan mengambil air. Krisis air bersih di Desa Dukuh, Bayat, Klaten, tidak terjadi setiap tahun.

“Kondisi kekurangan air pernah terjadi pada 2019. Itu selama kemarau jumlah bantuan air bersih sampai 150 tangki. Untuk tahun ini, bantuan air bersih sampai hari kesebelas ini mencapai 41 tangki,” kata Wandi.

Salah satu warga Desa Dukuh, Surono, 60, mengatakan dalam sehari dia bolak-balik mengambil air sampai 10 galon dari bak tandon yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.

Air itu digunakan keluarganya untuk kebutuhan memasak, mencuci, hingga mandi. Sebisa mungkin, keluarga Surono menghemat penggunaan air. “Untuk mencuci serta mandi menggunakan airnya sedikit-sedikit,” ungkap dia.

Sementara itu, berdasarkan data BPBD Klaten, per 8 Oktober 2023 ada 15 desa di enam kecamatan yang terdampak kekeringan. Kemudian jumlah bantuan air bersih yang didistribusikan ke desa-desa itu mencapai 498 tangki sejak 8 Juni 2023 hingga 8 Oktober 2023.

Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Syahruna, menjelaskan ketersediaan bantuan air bersih dari BPBD diperkirakan cukup untuk penyaluran bantuan selama kemarau ini. Selain dari BPBD, bantuan air bersih datang dari dunia usaha, lembaga, serta komunitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya