SOLOPOS.COM - Seorang pengrajin batu akik, Hartono, menunjukkan koleksi batu akik yang ada di kiosnya, di Tirtomoyo, Minggu (10/1/2016). (Bayu Jatmiko Aji/JIBI/Solopos)

Demam batu akik kian menurun.

Solopos.com, WONOGIRI — Meski demam batu akik saat ini sudah cenderung surut, namun prospek penjualan batu akik masih tetap ada. Sejumlah pengrajin dan penjual batu akik di Wonogiri pun mengaku masih banyak mendapatkan pesanan dari luar kota, bahkan luar negeri.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu pengrajin batu akik di Tirtomoyo, Hartono, mengakui saat ini jumlah pencari batu akik tidak sebanyak beberapa bulan yang lalu. Namun begitu, dia tetap bertahan menggeluti batu akik.

Dia optimistis batu akik akan tetap diminati masyarakat. “Saya sudah sejak 1998 memproduksi batu akik. Jadi kalau saat ini dikatakan meredup, saya santai saja karena saya percaya, batu akik akan tetap diminati masyarakat,” kata dia saat ditemui wartawan di rumahnya, Minggu (10/1/2016).

Menurutnya, ketika terjadi demam batu akik beberapa bulan lalu, semua kalangan datang mencari batu gilap tersebut. Mulai kolektor, penjual, hingga peminat baru. “Tapi sekarang ini sudah surut. Tapi langganan-langganan lama masih tetap memesan. Biasanya untuk mereka jual lagi,” kata dia.

Menurut Hartono, saat ini pemesanan lebih banyak dari luar kota, seperti Surabaya, Bali dan Sebagian Sumatra. Dia mengatakan produksi batu akik di rumahnya hingga saat ini masih berjalan. Khususnya untuk memenuhi pesanan.

Mengenai harga, Hartono mengatakan harga batu akik saat ini sudah mulai turun. “Saat ini yang masih dicari adalah untuk kualitas super saja. Untuk harga sudah turun sekitar 30 persen. Kalau sebelumnya Rp10 juta, sekarang hanya Rp7 juta,” kata dia.

Sedangkan jenis batu yang masih banyak dicari adalah jenis fire opal, yang merupakan batuan lokal Wonogiri. “Sekarang yang banyak dicari adalah jenis-jenis batu kualitas super. Untuk fire opal pun harus yang super,” kata dia.

Sedangkan terkait naik turunnya harga, Hartono mengatakan hal tersebut tergantung bahan bakunya. “Dulu harganya tinggi karena bahan baku dari penambang juga tinggi, sebab banyak peminat dari luar yang langsung mencari bahan baku tersebut,” kata dia.

Pengrajin batu akik dari Giriwoyo, Walyono, juga mengakui peminat batu akik saat ini sudah menurun. Namun begitu bukan berarti batu akik sudah tidak laku. Buktinya hingga saat ini dirinya masih menerima pesanan dari dalam dan luar negeri.

“Jerman, Prancis dan Swedia masih rutin. Jenis batu yang diinginkan adalah obsidian,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu. Sedangkan untuk batu-batu lokal yang masih banyak dicari adalah jenis fire opal dan red baron.

Untuk kalangan lokal, peminat batu akik saat ini lebih pada kalangan tertentu. “Sudah tidak seperti dulu. Tapi dibandingkan sebelum adanya demam akik, saat ini peminat batu akik sudah lebih banyak. Mungkin karena sudah banyak yang mengenal,” kata dia.

Di sisi lain, kedua pengrajin tersebut mengakui, jumlah pengrajin akik yang bertahan saat ini tidak sebanyak ketika masa demam akik beberapa bulan lalu. Banyak pengrajin akik yang menghentikan aktifitasnya karena surutnya peminat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya