SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (JIBI/Solopos/Antara/Rudi Mulya)

Demam batu akik masih melanda Soloraya. Paguyuban Gemsolovers mendorong penjualan batu akik dilengkapi memo dan sertifikat.

Solopos.com, SOLO – Paguyuban Gems Lover Solo (Gemsolovers) mendorong penjualan batu akik dilengkapi dengan memo dan sertifikat. Hal itu untuk menjamin keaslian dan menjaga kepercayaan kepada konsumen.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Koordinator Humas Gemsolovers, Agus Aris, mengaku tidak memungkiri munculnya batu sintetis yang beredar di pasaran. Menurut dia, hal tersebut terjadi akibat tingginya antusias masyarakat terhadap batu akik.

“Memo dan sertifikat bisa meningkatkan kepercayaan pembeli. Sebenarnya, memo saja cukup, tetapi jika ada sertifikat malah lebih bagus. Itu untuk membuktikan kalau batu yang dijual asli, bukan sintetis,” paparnya kepada , seusai diskusi Yuk Ngomongin Batu Mulia! yang diselenggarakan Solopos dan The Sunan Hotel Solo, di hotel setempat, Selasa (21/4/2015).

Ketua Gemsolovers, Putra, menambahkan banyaknya agenda pameran yang diselenggarakan dalam waktu yang hampir bersamaan sempat membuat masyarakat jenuh. Menurut dia, hal itu terjadi karena tidak ada konsep yang baru selama pameran.

“Karena sering pameran dan acaranya monoton, masyarakat menjadi jenuh. Seharusnya, ada konsep baru supaya masyarakat tetap bergairah,” papar dia.

Kendati demikian, sambungnya, saat ini harga batu akik masih stabil. Untuk menjaga supaya harga batu akik tidak anjlok, menurutnya, harus ada strategi pemasaran yang tepat.

Dia juga mengaku sulit menurunkan harga batu akik karena dari penambang harganya sudah melambung.

Sementara, diskusi tersebut diikuti Gemsolovers, praktisi, hingga penjual batu akik. Diskusi yang digelar santai tersebut sempat terlontarkan bahwa batu akik berbeda dengan batu atau logam lain yang bisa diinvestasikan, seperti emas. Batu akik lebih cocok sebagai koleksi, bukan investasi.

Public Relation Manager The Sunan Hotel Solo, Retno Wulandari, mengatakan konsep diskusi yang digelar adalah berbentuk table talk.

“Untuk mendapatkan informasi, tidak harus serius. Tetapi bisa dilakukan dengan cara yang santai,” jelas dia.

Rencananya, diskusi yang digelar The Sunan Hotel dan Solopos tersebut menjadi agenda bulanan. Pesertanya pun terbatas hanya sekitar 15 orang.

Manajer Litbang dan Pusdok, Sholahuddin, menjelaskan kegiatan tersebut untuk memberikan pemahaman tentang batu mulia dari segi fungsi, kandungan, dan peluang pasar.

“Selain itu juga memberikan wadah bagi pelaku usaha, kolektor, pencinta batu mulia, juga masyarakat yang tertarik untuk saling tukar informasi dan pengalaman,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya