SOLOPOS.COM - Sejumlah pengunjung asyik mengamati dan memilih batu akik di kios Hasan Asrori, di Pasar Batu Mulia Keraton Surakarta, Alun-alun Utara Solo, Sabtu (14/2/2015). (Arif Fajar S/JIBI/Solopos)

Demam batu akik melanda berbagai daerah di Indonesia. Solo ikut kecipratan rezeki. Pasar batu mulia Keraton Solo di pojok timur Alun-Alun Solo kian ramai.

Solopos.com, SOLO — Pasar Batu Mulia Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berada di pojok timur sisi utara Alun-alun Utara (Alut) Solo. Hampir semua kios yang menjual batu alam, baik batu permata maupun batu akik, Sabtu (14/2/2015), penuh pengunjung.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Mereka tidak hanya warga biasa yang ikut-ikutan tren karena demam batu, namun ada juga artis, PNS dan mahasiswa yang rela berlama-lama melihat jejeran aneka batu permata dan batu akik yang dipajang di lapak-lapak milik penjual di pasar tersebut.

“Sony Tulung baru saja membeli batu Kalsendon bersama Dedi Dukun yang juga membeli batu Kalamaya di kios saya,” tutur Hasan Ansori, pedagang batu mulia dan akik di pasar tersebut ketika ditemui Solopos.com, Sabtu.

Menurut Hasan, batu akik sekarang tidak lagi identik dengan dukun. Sehingga masyarakat banyak yang mulai suka dengan batu akik dan batu mulia. Bahkan sejak demam batu melanda Indonesia, batu akik lokal menjadi incaran penggemar batu.

Disebutkan Hasan, batu Bacan dar Ternate jadi leader dalam urutan batu yang paling digemari, disusul Black Jade (Aceh), Kalsedon (Pacitan), Bazard Api atau Fire Oval (Wonogiri), Raflesia (Bengkulu), Klawing (Purbalingga), Sungai Dare, dan Solar (Aceh).

Seorang pengunjung, Jaswanto, PNS, mengaku suka batu sejak dua tahun lalu karena motif dan warnanya yang indah. Sejak dua bulan terakhir setiap Sabtu dan Minggu, dia menyempatkan berburu batu. Demikian juga Hartanto warga Wonogiri yang sering berburu batu di pasar tersebut.

Sedang bagi Yusuf Ardian yang datang ke pasar batu mulia itu dengan kedua anaknya, mengaku saat ini khusus mengoleksi batu Bacan dan Black Jade. Kegemaran mengoleksi batu juga menurun kepada anaknya, Sudirwan.

“Batu akik sekarang tidak identik dengan dukun, jadi anak muda yang tidak pakai enggak gaul,” tutur Sudirwan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Lampung.

Tidak hanya cowok, Ninggar, gadis asal Wonogiri juga ikutan berburu batu dan emban (tempat cincin) di pasar tersebut. “Saya suka batu sudah lama, koleksinya Kecubung dan Fire Oval.”

Menurut Rofii, pedagang akik lainnya, ada kesepakatan di antara pedagang bahwa mereka harus jujur soal batu yang dijualnya. Itu yang membuat pasar semakin ramai pengunjung.

Mengenai omzet, Hasan Ansori mengaku meningkat. Biasanya hanya Rp2 juta per hari, kini bisa mencapai Rp5 juta hingga Rp10 juta per hari. Penjual emban, Muttaqin juga merasakan imbas demam batu. “Dalam sehari saya bisa menjual emban hingga 100 biji,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya