SOLOPOS.COM - ilustrasi

Solopos.com, BOYOLALI – Sejak awal tahun hingga akhir Agustus tahun ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat sudah terjadi 222 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Susu.

Dari jumlah tersebut, sembilan orang di antaranya meninggal dunia terjangkit DBD.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sementara itu, sebanyak 19 desa di Kabupaten Boyolali masuk dalam kategori endemis demam berdarah dengue (DBD).

Kasi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Sri Suparti, mengatakan 19 desa yang tersebar di tujuh kecamatan tersebut saat ini menjadi prioritas pengawasan Dinkes setempat selama pergantian musim kemarau ke penghujan tahun ini.

“Saat pergantian musim merupakan masa rawan serangan berbagai jenis penyakit,” kata Sri saat dijumpai di ruang kerjanya, Jumat (5/9/2014).

Lebih lanjut, dia menguraikan, tujuh kecamatan di Boyolali yang termasuk endemis DBD, yakni Sambi, Teras, Banyudono, Ngemplak, Ampel, Boyolali, dan Nogosari.

Sri mengatakan BDB menjadi salah satu penyakit yang tergolong cukup berbahaya bagi masyarakat. Penyakit yang penularannya melalui perantara nyamuk aedes aegypti tersebut dapat mengakibatkan penderita meninggal dunia.

“Fenomena El Nino mengakibatkan kemarau menjadi lebih kering atau cuaca ekstrem. DBD menjadi salah satu penyakit yang diwaspadai,” ujar Sri.

Sementara itu, ditemui terpisah, Camat Banyudono, Rita Puspita Sari, mengatakan saat ini mulai gencar untuk mengadakan sosialisasi mengenai penanggulangan DBD. Pemerintah Kecamatan Banyudono juga akan membentuk gerakan serentak untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya