SOLOPOS.COM - Nyamuk demam berdarah (Dok. JIBI/Harian Jogja)

Demam berdarah Karanganyar paling rawan terjangkit di wilayah Colomadu.

Solopos.com, KARANGANYAR — Demam berdarah dengue (DBD) masih mengancam beberapa wilayah di Karanganyar. Dari 17 kecamatan di Karanganyar, wilayah Colomadu menjadi daerah yang paling rawan penyebaran penyakit tersebut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Fatkhul Munir, mengatakan saat ini Colomadu masih menjadi wilayah yang rawan terhadap penyakit DBD.

“Kemungkinan karena permukimannya yang cukup padat, sehingga saat ini Colomadu menjadi daerah yang paling rawan di Kabupaten Karanganyar,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (21/3/2015).

Namun, Munir belum bisa menyebutkan data terkait jumlah kasus DBD yang terjadi di daerah tersebut. Dia mengimbau masyarakat setempat selalu waspada terhadap penyakit tersebut.

“Penanggulangan DBD kuncinya ada di masyarakat itu sendiri. Ini terkait dengan kebersihan dan kepedulian warga untuk mencegah pertumbuhan nyamuk di lingkungan mereka,” kata dia.

Menurut Munir, kendalanya adalah persepsi warga yang menganggap fogging atau pengasapan merupakan solusi utama. “Padahal tidak seperti itu. Justru yang utama adalah menjaga kebersihan lingkungan,” kata dia.

Dia juga mengimbau warga meningkatkan kepedulian terhadap kondisi di masing-masing daerah. “Mohon agar informasi-informasi yang berkaitan dengan DBD dibahas dalam pertemuan warga, sehingga warga bisa waspada. Jika ada warga yang badannya mengalami panas tak menentu, segera bawa ke rumah sakit,” kata dia.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, di daerah Senden, Tohudan, banyak terjadi kasus DBD. Hal tersebut dibenarkan warga setempat, Setyo Budi. Dia mengatakan selama 10 hari terakhir ada tiga keluarga yang menderita DBD. “Tapi, sudah dibawa ke rumah sakit,” kata dia saat ditemui Solopos.com di Colomadu, Sabtu (21/3/2015).

Warga Senden lainnya, Maryanto, mengatakan kasus DBD di Senden sudah bukan hal baru. Tahun lalu, hal serupa menimpa lima orang di wilayah tersebut dalam waktu hampir bersamaan.

“Tahun lalu memang banyak, ada sekitar lima orang. Saat ini melalui PKK, dilakukan pemantauan jentik secara rutin. “Dari PKK akan keliling ke setiap rumah untuk memeriksa jentik,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya