SOLOPOS.COM - PENCEGAHAN -- Fogging sebagai salah satu cara antisipasi dan penanganan berjangkitnya demam berdarah. Masyarakat harus terus diingatkan agar melakukan berbnagai tindakan untuk mencegah terjadinya demam berdarah, khususnya dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

PENCEGAHAN -- Fogging sebagai salah satu cara antisipasi dan penanganan berjangkitnya demam berdarah. Masyarakat harus terus diingatkan agar melakukan berbnagai tindakan untuk mencegah terjadinya demam berdarah, khususnya dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

SOLO – Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo tak henti-hentinya mengingatkan warga Kota Bengawan agar terus mewaspadai mewabahnya penyakit demam berdarah (DB), terutama memasuki bulan Mei ini, yang biasanya mengawali puncak musim (peak season) DB hingga Oktober mendatang.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala DKK Solo, dr Siti Wahyuningsih mengungkapkan meski berbagai upaya telah dilakukan untuk menyadarkan masyarakat pentingnya mencegah penyebaran penyakit DB dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), abatisasi massal dan sebagainya, rupanya masih ada saja masyarakat yang ngeyel.

“Seringkali ketika saya ikut petugas di lapangan berkeliling melakukan kunjungan ke rumah-rumah masih mendapati rumah yang angka jentiknya tinggi, kurang menjaga kebersihan lingkungan dan saat diingatkan ada-ada saja alasan mereka,” tutur Ning, sapaan akrabnya, Selasa (1/5/2012).

Bahkan ketika diminta memberi abate dalam program abatisasi massal di bak kamar mandi, Ning mengatakan banyak warga yang menolak. Padahal, abatisasi merupakan salah satu upaya yang efektif untuk menekan pertumbuhan jentik nyamuk aedes aegypti. “Kader sudah kami kerahkan untuk terus menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai upaya pencegahan dan pemberantasan nyamuk DB. Tapi dasar memang kesadaran warganya masih kurang,” imbuhnya.

Berdasarkan data DKK, tahun ini, jumlah kasus DB yang terjadi di Kota Solo memang jauh menurun dibandingkan jumlah kasus selama 2-3 tahun terakhir. Sepanjang Januari-April 2012, DKK hanya menerima laporan sekitar enam kasus DB dengan jumlah korban meninggal sebanyak satu orang.

Angka ini berbeda jauh dengan tahun 2011 lalu di mana total ada 95 kasus DB dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak satu orang. Lebih jauh lagi pada tahun 2010, tercatat ada 533 kasus yang dilaporkan ke DKK, dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak empat orang.

Seperti kerap diinformasikan, DKK biasanya menandai merebaknya DB dengan siklus atau pola lima tahunan. Terakhir, puncak pola lima tahunan itu terjadi pada 2008 lalu dengan jumlah kasus mencapai 828 kasus dan 12 kasus di antaranya berujung kematian. Jika pola itu berulang, maka kemungkinan tahun 2013, kasus DB akan kembali memuncak dan hal itu harus mulai diantisipasi dari sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya