Soloraya
Rabu, 12 Februari 2020 - 00:05 WIB

Demam Berdarah Serang 33 Warga Karanganyar, 1 Orang Meninggal

Candra Mantovani  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk demam berdarah. (Reuters)

Solopos.com, KARANGANYAR -- Penyakit demam berdarah dengue (DBD) menyerang 33 warga Karanganyar sejak awal Januari hingga 10 Februari 2020. Satu di antara warga tersebut meninggal dunia.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Katarina Iswati, ketika ditemui wartawan, Selasa (11/2/2020), mengatakan hingga Februari data yang masuk ada 33 warga terkena DBD dengan jumlah terbanyak di Jumantono yakni 10 orang.

Advertisement

Di Jumantono tercatat pada Januari ada delapan warga terjangkit DBD ditambah dua warga pada Februari. “Itu data update hingga Senin [10/2/2020], untuk 2020 memang paling banyak di Jumantono. Sampai saat ini sudah ada 10 warga yang kena. Untuk keseluruhan Januari ada 25 kasus dan Februari 8 kasus,” ucap dia.

Pengamat: Fit & Proper Test Cuma Formalitas, Gibran-Purnomo Sudah Jadi

Menurut Katarina, dari 33 kasus tersebut, satu warga asal Gondangrejo meninggal dunia. Meskipun begitu, Katarina menolak memaparkan data secara terperinci mengenai korban meninggal akibat DBD lantaran berkaitan dengan etika.

Advertisement

“Untuk kasus meninggal juga sudah ada. Tapi untuk identitas, alamat, kami tidak bisa membuka karena terkait etika. Tapi hingga kemarin data yang masuk ke kami satu saja yang meninggal akibat DBD,” imbuh dia.

Dibandingkan 2019, tren penyebaran kasus DBD di Karanganyar menunjukkan penurunan. Penyebaran penyakit tersebut meskipun merata, tidak dalam jumlah yang masif hingga Februari. Pada 2019, ada 800 kasus DBD di Karanganyar.

Berapa Usia Ideal Anak Masuk SD?

Advertisement

“Pantauan kami sepertinya akan menurun angkanya. Karena walaupun menyebar, jumlahnya hanya satu atau dua. Paling banyak cuma di Jumantono itu,” kata dia.

Untuk penanggulangan, DKK Karanganyar berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan setempat dan Puskesmas untuk mengedukasi masyarakat. Selain itu, fogging dan penyelidikan epidemiologi juga dilakukan di daerah yang sudah terjadi kasus penularan lebih dari dua orang.

“Yang terpenting edukasi. Karena banyak warga yang lupa kalau potensi jentik-jentik nyamuk DBD juga ada di penampungan air belakang kulkas dan dispenser. Kebanyakan hanya tahu di toilet. Kami juga sudah fogging di Jumapolo untuk pencegahan,” beber dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif