Soloraya
Senin, 12 Januari 2015 - 19:40 WIB

DEMAM BERDARAH SOLO : Awas DBD Meluas!

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Informasi Pencegahan Demam Berdarah (Dok/JIBI/Solopos)

Demam berdarah Solo dalam beberapa hari terakhir meluas. Di Kadipiro, penyakit DBD meresahkan warga.

Solopos.com, SOLO — Penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kampung Clolo, Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, terus meluas. Kini, wilayah terdampak wabah DBD sudah mencapai RW 034 Clolo. Sebelumnya penyebaran virus tersebut terkonsentrasi di RW 019 Clolo.

Advertisement

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Senin (12/1/2015), seorang warga RT 002/RW 034 Clolo bernama Ahmad Fathoni, 30, dipastikan mengidap DBD setelah dirawat di RSUD Ngipang, Minggu (11/1/2015).

Beberapa warga RW yang berbatasan dengan RW 019 itu juga mulai merasakan gejala DBD seperti panas. “Tampaknya penyebaran nyamuk mulai bergeser di RW sekitar pusat endemis seperti RW 034,” ujar Suwanti, Ketua Posyandu RW 019 saat berbincang dengan Solopos.com.

Advertisement

Beberapa warga RW yang berbatasan dengan RW 019 itu juga mulai merasakan gejala DBD seperti panas. “Tampaknya penyebaran nyamuk mulai bergeser di RW sekitar pusat endemis seperti RW 034,” ujar Suwanti, Ketua Posyandu RW 019 saat berbincang dengan Solopos.com.

Penanganan Lambat

Suwanti menyayangkan lambatnya penanganan instansi terkait dalam menghadapi serangan wabah. Hingga kini, status kejadian luar biasa (KLB) belum kunjung ditetapkan meski DBD sudah menyerang sekitar 24 warga Clolo.

Advertisement

Seorang warga RT 001/RW 019, Budi Santoso, 37, menyayangkan tak kunjung ada sosialisasi atau penyuluhan tentang penyakit DBD. Menurut Budi, warga kini resah karena sulit membedakan gejala demam berdarah dan penyakit lain seperti tipes.

“Kalau kena panas sedikit atau tipes dikira demam berdarah. Wajar saja warga takut dan bingung karena memang sudah banyak korban jatuh karena DBD,” tuturnya.

Budi mengatakan sejauh ini baru kader posyandu yang intens mengikuti perkembangan penyebaran DBD di Clolo.

Advertisement

“Baiknya DKK (Dinas Kesehatan Kota) atau puskesmas mengundang dokter untuk sosialisasi sekaligus pengobatan awal bagi warga terduga demem berdarah.”

Warga lain, Teguh Setyono, 46, mendesak pengasapan atau fogging lanjutan segera dilakukan. Dia khawatir jentik nyamuk keburu membesar sehingga rawan menggigit warga.

Puskesmas mengagendakan fogging lanjutan Kamis (15/1/2015). “Kalau Kamis ya terlalu lama, selak nyakot meneh nyamuke. Paling tidak Selasa atau Rabu di-fogging,” harapnya.

Advertisement

Petugas Puskesmas Pembantu Clolo, Joko Paryono, mengatakan perlu waktu sepekan bagi jentik nyamuk berkembangbiak. Dia menilai fogging yang diagendakan sudah pas karena kegiatan sebelumnya dilakukan Kamis (8/1/2015).

Petugas Puskesmas Gambirsari, Kadipiro, Bayu Sarwo Edhy, meminta warga jangan mengandalkan fogging untuk menghalau wabah. Menurutnya, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah kunci menghalau DBD.

“PSN bisa dilakukan di rumah maupun lingkungan. Sebab, bukan jaminan warga yang rumahnya bersih aman dari DBD jika kawasannya kumuh.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif